Kamis, 24 April 2014

Cerpen : Pelanggan Hati,Pedagang Sendal Jepit

      Hari ini masih seperti hari-hari kemarin karena biasanya aku selalu kembali melakoni semua aktifitasku sebagai seorang salesman sendal jepit. Aku senantiasa berkeliling, dari kompleks ke kompleks dari gang ke gang dengan tujuan agar sendal jualanku habis terjual.  Aku adalah seorang anak buruh pabrik sendal jepit di Kota Timur, sejak ayahku meninggal dunia, aku tak tahu harus berbuat apa karena saat itu umurku baru 16 tahun dan saat itu pula aku masih duduk di bangku SMA kela 2. Ya.. namanya juga takdir, siapapun tak akan dapat melawannya. Ia kawan takdirku adalah menjadi seorang anak yatim yang ditinggalkan oleh ayah untuk selama-lamanya. Beruntung aku masih memiliki seorang ibu yang selalu sayang padaku ibu yang selalu menjadi sprit dalam segala aktifitasku, sehingga membuat aku kuat dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.  

     Oh ia namaku Arjun, sudah kurang lebih 2 tahun aku melakkoni aktifitas ini, walaupun panas terik matahari yang membakar kulitku, tak mampu membuat aku lelah sedikitpun, malah keadaan itu mampu membuat aku lebih yakin bahwa doa dan usaha adalah bagian dari pada cara kita untuk menjadi orang yang sukses. Keyakinan itulah yang juga di tanamkan oleh ibuku padaku saat pertamakali aku diterima menjadi seorang salesman

    "sendal jepit - sendal jepit .., mari bu.. mari pa.. beli sendal jepit - sendal jepit " teriakkku setiap kali melewati lorong-lolong itu.

     Kemudian dari ujung lorong itu, aku mendengar suara yang sangat indah sekali, kedengarannya itu adalah suara seorang wanita.
    
      " mass.. coba liat sendal jepitnya,,, apa ada sendal jepit buat aku.." kata wanita itu
      " ada banyak mbak.. tinggal pilih saja, " kataku dengan senyuman yang khas
      
     Aku akhirnya singgaah di tempat wanita itu, lalu kuperlihatkan semua sendal jepit jualanku. Humm.. saat aku melihat wanita itu, tak tahu kenapa hatiku sangat senang sekali ketika berbicara dengannnya. Parasnya yang anggun serta senyumnya yang manaispun mampu menghipnotis aku. Sungguh kawan aku sangat menyukai wanita itu. Akhirnya akupun memberanikan diri untuk mengenal siapa namanya.
      
      "Mbak namanya siapa?" tanyaku
      "Namaku, Khaerani biasa di panggil Rani," jawabnya
      "Kenalkan aku Arjun," sambil menjulurkan tangaku

       Akhirnya, mulai hari itu kami berkenalan dan berkomunikasi dengan baik.

     " Aku ambil satu ya mas.. yang ini.. berapa mas harganya? " sambil memengang sendal jepit pilihannya.
       " Harganya semua sama hanya Rp 10.000 sja," jawabku
       " Tunggu sebentar ya mas aku ambil uangnya dulu" ujaarnya

      Sambil menunggunya, aku lalu membereskan barang jualanku dan siap-siap untuk melanjutkan misi menjadi seorang salesmen sejati.

       " ini uangnya mas.. trima kasih ya.." ujar Rani..
       " ia sama-sama..." Jawabku

     Itu adalah pertama kalinya aku mengenal Rani, dia adalah wanita yang sangat cantik sekali aku tak mau munafik kayaknya aku jatuh cinta padanya. Namun aku sadar kawan, aku yang hanyalah seorang salesmen kere, yang mencoba berusaha menyambung hidup demi memaksimalkan diri, ibarat pungguk yang merindukan bulan. Ia kawan pertemuan kali itu sangat menyentuh hatiku Rani adalahh pelanggan sendal jepitku sekaligus pelanggan di hatiku.

     Tak terasa sore haripun tiba, baju yang aku pakai hari ini sudah mulai mengeluarkan bau yang tak sedap dari tubuhku. Setelah 8 jam bekerja, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke pabrik lalu menyetor hasil jualanku hari ini. Alhamdulilah hari ini aku mampu menghasilkan uang Rp 500.000 rupaih dan itu artinya hari ini aku telah mampu menjual 50 pasang sendal jepit. aku sangat bahagia sekali, setelah menyetor aku langsung pulang kerumah lalu istrahat.

***

      Dari kejauhan aku melihat raut wajah ibu yang dengan penuh cinta memandangku, senyuman itu tidak pernah aku lupakan sungguh apa yang terjadi hari itu adalah bagian kecil dari hidupku. Air mata yang berkaca-kaca serta senyuman simpul yang sangat manis dari wajah ibuku, membuat aku yakin bahwa ibu sangat menyangiku. Aku tau kawan, aku belum mampu meberikan apa yang beliaw inginkan namun hati ini selalu ada untuk ibuku tercinta.

     " Arjun kamu sudah pulang nak,," tanya ibu padaku
     " Ia bu, Alhamdulilah aku laku 50 pasang sendal jepit bu," jawabku
     " kebetulan aku bawakan makanan kesuaannya ibu nich.. gado-gado," kataku

Namanya juga seorang ibu, ya,,,, tetap saja air mata yang mulai berkaca-kaca tadi akhirnya mulai mengalir hingga membasahi pipi ibuku. Kuhusap pipinya laku lalu ku rangkul ibuku dengan penuh cinta dan kasih sayang lalu kukatakan padanya

     "Ibu aku sayang sekali sama ibu.... ibu adalah pelita jiwaku.." ujarku
     " Ia nak ibu juga sayang....sama kamu " Jawab ibuku dengan linangan air mata

Kami pun saling berangkulan, lalu ku bawa ibuku kemeja makan kemudian kubagikan gado-gado  yang baru aku beli tadi yang pada akhirnya menjadi menu makan malam kami hari ini. Larut dalam suasana makan malam yang sangat dasyat itu, membuat aku bercerita tentang pelanggan hatiku Rani, mulai ku ceritakan dari awal hingga akhirnya Rani menjadi pelanggan terap di hatiku. Kemudian dengan nada sederhana ibukupun mulai mengeluarkan nasehatnya
   
     "wanita adalah sosok yang mulia jadi hargailah wanita seperti engkau menghargai ibumu" ujarnya
     " ia bu... tapi kayaknya aku suka dech sama Rani.." jawabku

     Dengan senyuman kecil ibuku menjawab
     " Kamu itu masih kecil belum boleh pacara..n hahahaha " katanya sambil tersenyum
     " Ia juga ya bu... mungkin ini kali pertama aku menyukai seorang wanita," jawabku

     Tak  sadar obrolan kami berdua dimeja makan membuat suasana bagahia, beginilah moment moment yang sangat aku rindukan ketika bersama ibu berdua di meja makan.  Tak lama kemudian pamanku datang dan kami berbaur dalam canda tawa khas keluarga kami. Jujur kawan malam ini aku tidak dapat tidur aku selalu teringat wajahnya saat membeli sendal jepitkuu.

      Di dalam hatiku bertanya apakah dia sudah punya kekasih? sungguh kawan menjadi kekasihnya adalah idamanku. Lagi-lagi aku harus berhalusinasi kawan, Pancaran wajahnya membuat aku tak bisa menahan kerinduan ingin bertemu padanya. kegilaaan malam itu berada di puncak saat jam dinding di kamarku menunjukan pukul 1.00 hingga aku larut dalam tidur panjangku.

     Keesokan harinya kembali kujalani aktifitasku berjualan sendal jempit. Seperti biasanya aku mulai memasuki gang-gang lorong-lorong untuk memcari pembeli sendal jepit ini. Entah kenapa di dalam hatiku gelisah tak menentu. Sepertinya aku akan mendapatkan berita yang membuat aku khawatir secara berlebihan. Entahlan kawan, aku juga tidak mengerti suasana hatiku saat ini.

     Waktu di jam tanganku tepat pukul 07.30, sendal jepit miliku pun belum ada yang terjual, rasa lelah yang menyelimutiku sejak sudah mulai aku rasakan. akhirnya aku putuskan untuk berhenti dan beristrahat di sebuah halte depan SMK itu, belum beberapa lama aku mengistrahatkan diri tiba-tiba terdengar suara sangat keras sekali.

      Dubrakkkkkkkkkkkkkkkkkk...., dari depan jalan itu terlihat kecelakaan yang sangat menyita perhatian orang yang ada di sekitar. sebuah mobil bus menyenggol pengendara motor yang juga adalah seorang wanita. Aku sangat penasaran dengan kecelakaan itu kemudian aku mencoba mendekati peristiwa itu. Namun sungguh diluar dugaanku dan apa yang menjadi kekawatiranku sebelumnya akhirnya terjawab kawan. Ternyata yang mengalami kecelakaan itu adalah Rani sang pelanggan hatiku. Dengan penuh tergesah-gesah aku berusaha menggendong kepalanya dan segera membawa dirinya kerumah sakit.

     " Tolong telpon Ambulance., saya mengenal gadis ini.." kataku dengan terburu-buru
     " Iaa... segera deee '' jawab pria yang berada di depanku

     Tak lama kemudian Ambulance yang di telponya tadi segera menghampiri, tanpa menghiraukan barang dagangan, aku segera menggendongnya dan langsung embawanya kedalam mobil ambulance. Sepertinya Rani ingin pergi kesekolah karena saat peristiwa itu terjadi, dirinya sedang mengenakan seragam sekolah, sungguh kawan tak kuasa aku rasa degdegannkku, rasanya seperti aku telah lama mengenal rani entah kenapa baru semalam aku memikirkannya kini aku bertemu dalam dalam peristiwa kecelakaan ini.

***
(suasana didalam ambulance)

    Saat itu, aku melihat mata di wajah Rani sayup dan sempat memandangku, tidak berapa lama kemudian matanya yang sayup itu mulai terpejam sehingga membuat dia diam dan tak berbicara. Aku tak tahu kenapa bisa seperti ini. Wanita yang baru saja kemaren kenal, kini harus kembali bertemu dengannya dalam kondisi berlumuran darah akibat peristiwa kecelakaan itu. Aku sadar bahwa benturan dari hebat di kepalanya akibat peristiwa itu membuat pendarahan hebat di bagian belakang kepalanya. Namun dengan penuh rasa harap dan cemas aku mencoba melaluinya dan alhamdulilah Selang 15 menit kemudian, akhirnya kamipun tiba juga di rumah sakit. Kemudian dengan segera Rani langsung di evakuasi oleh tim UGD Rumah Sakit Umum Daerah Buton. Sungguh kawak, kejadian itu sangat cepat sekali, semuanya sangata tidak terduga karena telah terjadi di depan mataku sendiri.

    Kemudian aku mencoba memerika tas rani ternya ada nomo telepon rumahnya, lalu aku mencoba menghubungi nya.
     "Halo apa benar di sini rumah Rani Puspita? " tanyaku
     "Ia benar.." Jawab seorang wanita
     " Kalaw boleh tau, saya berbicara dengan siapanya Rani ya..?" tanyaku lagi
     "Aku ini ibunya, " Jawabnya

     Tak perlu berbasa-basi, aku langsung mengatakan kepada ibunya tentang peristiwa yang telah menimpa anak semata wayangnya itu.
     " Ibu.. Rani sekarang di rawat di UGD RUSD, harap ibu kesini skarang," Kataku

    Mendengar pertakaan itu, ibu Rani tanpa sadaar berteriak kencang bagaikan badai yang menyambar di siang hari.
      "Astagfilullahalaziiiiiiiiiiiii,,,mmm.. ia aku kesitu skrang, " jawabnya

      Dari nadanya aja aku sudah tau bahwa Ibunya rani sangatlah kaget. spontanseluruh keluarganya segera menuju ke UGD RSUD untuk segara menjenguk Rani.

      Tak perlu menunggu lama, tiba-tiba sms dihandphone ku bunyi memberikan isyarat bawa mreka udah ada di rumah sakit umum daearh. Akhirnya mereka pun tiba di depan ruangan UGD, rasa cemas, was-was dan bercampur sedih tumpah ruah di depan kamar UGD. Peristiwa  yang terjadi pada Reni adalah di luar dugaan orang tuanya. Ayah dan Ibunya Rani sangat terpukul dengan peristiwa ini.

     Aku mencoba hampiri orang tuanya Rani, lalu aku katakan pada mereka bahwa Rani mengalami kecelakaan tepat di depan mataku yakni kejadian tabrakan dijalan raya depan Rani bersekolah kemudian aku berusaha menolongnya hingga membawanya kerumah sakit. Orang mana yang tidak menangis pada saat mengetahui anaknya sedang mengalami kecelakaan itulahh yang menjadi beban mereka.

     Lalu dengan lemah Ibu Rani mengucapkan rasa terimah kasihnya padaku, padahal apa yang terjadi semua adalah kebetulan, saat itu aku sedang beristrahat.
    " Nak trimakasih ya telah mengantarkan Rani ke rumah sakit, " ujar ibunya
    " Ia bu.. saya, juga tidak tau kalw yang kecelakaan itu Rani, " kataku
    " Kalau tidak salah kamu ya... yang selalu lewat depan rumah berjualan sendal, " tanya ibunya
    " Ia.. bu ,, manaku Arjun..." Jawabku, Mendengar perkataanku, air mata ibunya Rani berlinang membasahi pipinya.

     Aku sadar itu adalah tangisan ibu yang sangat membuat hatinya teriris. Namun apapun yang terjadi semua adalah skenario Allah, keberadaanku di depan halte itu pun tidak terlepas dari arahan dan skenario Allah Swt. sekalipun mengabaikan barang daganannku yang kutinggalkan dihalte. aku menunggu hingga dokter keluar, jujur kawan aku tidak sabar menunggu pemeriksaan dokter.

      Setelah 1 jam tiba-tiba dokter keluar dari ruang Ugd dan ingin bertemu dengan keluarga Rani, dengan suara pelan sang dokterpun berkata.
     " Syukur pendaraan yang dialami Rani tidak terlalu hebat, dia hanya pingsan kemudian akan segera siuman," katannya.

     Mendengar kata-kata dari sang dokter selruh keluarga yang ada di situ termaksud diriku berkata " alhamdullai" dengan. tanpa sadar ibu rani merangkulku dan memeluk dirikku. Aku juga sangat lega kawan apa yang telah terjadi telah membuat aku sadar bahwa kasih sayaang orang tua rani sangat luar biasa.

     Sembari menunggu Rani siuman, aku langsung pamit untuk segera kembali kehalte dan mengambil barang dagangannku.
       " Ibu aku maw ambil daganganku ya, tadi aku titip di samping kios dekat halte," ujarnya
       " Ia nak.. sekali lagi trima kasih ya  nak.." Jawab sang ibu

     Tanda saya sadari tiba-tiba Ayah Rani memberikan akuu sebuah amplop yang berisikan uang namun aku tidak menerimanya aku hanya berkata pada ibu rani bahwa ini adalah bagian dari skenario Allah untuk diambil hikmahya..
     "terima kasih nak arjun.." ujar ibunya rani
     " ia bu... aku pamit dulu ya..." kataku..

     Tak butuh beberapa  lama tiba-tiba terderngar suara dari dalam kamar ternyata itu adalah rani..
    " Arjun...terima kasih yaa.." katanya

    spontan seluruh orang yang ad di kamar itu kaget betapa pamitan Arjun membuat Rani terbangun dan lalu berkata terimakasih. Akuu langsur berlari menuju kamar Rani dan kemudian aku melepaskan senyuman yang terindah lalu aku membalasnya dengan kata
    " ia Rani... kmu cepat sembuh ya..." ujarnya..

    Sejak saat itu aku dan rani menjadi sahabat hingga akhirnya aku dianggap oleh keluarga rani sebagai bagian dari keluarga mereka.

- Tamat  -