Minggu, 30 April 2017

Cerpen : Aku Akan Tetap Menjadi Wali, Pada Pernikahan Adekku Amelya

Disuatu Kesempatan Di Kali Biru Pasarwajo
Mungkin terdengar agak aneh, kenapa bisa-bisanya seorang adik tega memperlakukan kakak kandungnya bagaikan orang yang tak pernah dikenalnya. Aku mengetahui kabar akad nikah adekku Amelya, dari selebaran undangan yang tergeletak di atas meja tempat biasa aku makan bersama nya. dibalik undangan tersebut, terselip sebuah pesan dari Adekku Amelya yang isinya sebagai berikut,

Yang terhormat kakaku Ansar,

Maafkan karena  kepergianku meninggalkan engkau sejak setahun lalu, Engkau adalah  kakak yang baik yang pernah ada dihatiku, tetapi itu dulu, waktu aku masih bersama kakak,  terimakasih bayak karena engkau tidak berusaha mencariku, kini aku telah bahagia hidup bersama kekasih hatiku Ramon. Aku akan menikah besok, aku harap kakak dapat hadir untuk membarikan restu kepadaku sebagai wali dipernikahannku, engkau harus hadir karena hanya engkau saja yang boleh menikahkan diriku. selepas pernikahanku kakak boleh pergi kemanapun kakak mau, aku akan memberikan imbalan sebagai ganti rugi nya.

Salam Hormat,
Amelya

Aku hanya mempu tersenyum girang membaca surat dari Adekku itu,kenangan indah bersama nya, kembali terngiang didalam benakku, walaupun dasarnya aku sangat menyayangi adekku Amelya.  Akh.. cukuplah terjadi sekali saja, aku tidak mau kepahitan saat adekku Ameliya meninggalku kembali terulang didalam hidup untuk yang kedua kalinya. Sungguh aku sudah mulai bangkit dari kesediahan.

Telah aku putuskan untuk tidak menghadiri prosesi akad nikah adekku Amelya, aku merasa canggung dan malu karena kondisiku yang masih saja kekurangan. Aku ambil undangannya, aku kusut lalu aku buang keluar jendela. Tanpa sadar dari luar jendela aku mendengar suara seorang wanita yang berbicara kepadaku dengan nada yang halus menusuk lubuk hatiku,

"An... ini undangan akad nikah adekmu ya..?" tanya Rana sahabat karibku
" Ia Ra... Adekku Amelya akan melangsungkan akad nikahnya besok...., aku tidak mau menjadi wali pada pernikahannya, setelah apa yang telah dilakukannya padaku...setahun yang lalu...." kataku sambil menunduk
"Jangan lah begitu An.. syarat sahnya pernikahannya seseorang itu harus ada walinya.." jawabnya kemudia ia melanjutkan perkatannya,  "apakah engkau mau adekmu yang sangat engkau sayangi itu batal menikah hanya karena engkau masih marah padanya..? sadarlah An.. ini adalah bagian pelik dari liku hidupmu.. hadirilah akad nikah adekmu, saya yakin almarhun orang tuamu juga ingin kamu hadir diakad nikahnya dekmu Amelya, hanya engkau yang bisa menjadi saksi pada akad nikahnya, hadirlah wahai sahabatku demi kebahagiaan adekmu Amelya" tegasnya

Mendengar kata kata itu, spontan akupun terdiam, tiba tiba jantungku berdetak kencang, air mataku mulai tak terbenduk keluar dari kelopaknya, tak tau harus berkata apa, sungguh apa yang dikatakan sahabatku itu sangatlah benar, aku harus menghadiri akad nikah itu demi kebahagiaan adekku Amelya.

Keesokan harinya.....

Dari Kejauhan, gaun indah nan mewah mewarnai akad pernikahan adekku Amelia, lapu kerlap kerlip dan sepasang layar lebar kembar, menayangkan secara langsung betapa prosesi janji suci ikrar pernikahan Adekku tersayang menjadi sangat lah berkesan dimata para tamu undangan. 

Tepatnya disebuah gedung hotel berbintang lima, Adekku Amelya akan melangsukan akad nikah bersama kekasih hatinya seorang pelaut yang kaya raya. Bahkan bayak orang orang kaya ,memenuhi gedung tersebut, menajdi saksi mata berlangsungnya  akad nikah anak seorang bangsawan yang kaya raya, wanita yang biasa aku panggil adek itu, kini menikah dengan pelaut yang berbalut kekayaan.

Sungguh dihatiku bergelut segala rasa, antara malu karena bajuku yang lusuh, dan keberanian untuk menjalankan tanggung jawab sebagai wali pada akad nikah adekku Amelya. Ini bukan masalah malu ataupun tidak tetapi ini adalah masalah tanggung jawab saudara laki laki sebagai pemberi restu pada pernikahan saudara perempuannya. 

Tanpa berbasa basi, kemudian aku hampiri Adekku amelya, menyapanya dengan senyuman terbaikkku, namun sayup terdengar dari bibir sang pria kaya, berbisik ditelinga Amelya, " Amel... itu kakakmu ya, bajunya sangat tidak sesuai dengan mewahnya pesta ini, segera pulangkan dia.. sekarang" kata Ramon pria kaya yang merasa terganggu dengan kehadiranku, padahal kehadiranku ini hanya untuk menjadi saksi demi lancarnya akad pernikahan adeekku Amelya.

Mendengar kata kata itu, aku berpura pura tidak memperdulikakannya aku salamin adekku aku cium keningnya dihadapan semua orang yang hadir pada saat itu. Dengan wajah yang berkaca kaca adekku Amelya mulai memandangku, namun perlahan aku langsung menjauh darinya, baru beberapa langkah kakiku ingin  keluar dari ruangan itu, lalu spontan adekku Amelya mengeluarkan sebuah kata diluar dugaaan semua orang, " Wahai tamu undangan sekalian.... aku hendak menjual kakaku, siapa yang mau membelinya..?" teriak adekku di hadapan semua tamu undangan yang hadir sambil menunjuk ke arahku.

" apakah ada diantara anda sekalian tamu undangan yang bersedia membayar kakaku ini..?" teriak amelya untuk yang kedua kalinya.. selang beberapa menit kemudian, karena yakin tidak akan ada yang mampu menjawab teriakan adekku amelya. lalu kemudian Adekku Amelya kembali berkata kepada semua tamu undangan yang terhomar dengan menggunakan pengeras suara.

" Sungguh sangat jelas, kalian tidak akan mampu membeli kakaku yang berhati emas ini, sungguh suamiku yang kaya raya ini pun tidak akan mampu membelinya dengan hartanya yang banyak didunia ini, aku sendiri lah yang akan membeli kakaku ini," teriaknya.

Setelah berbicara seperti itu, Adekku Amelya langsung mendekatiku, seraya menyalamiku menciumku serta memelukku, sambil berkata, " Maafkan atas segala perlakuanku selama ini kak, aku tau kak, keputusan untuk hadir menjadi wali pada akad nikah ku sungguh sangatlah berat, tetapi engkau dengan mudahnya melangkahkan kakimu untuk memenuhi keinginannku," seru Adekku Amelya.

"janganlah engkau bersedih wahai adekku, aku kesini karena aku sangat menyayangimu,  aku hana ingin menjalankan tugasku menjadi wali dipernikahannmu wahai amelya" jawabku.

" sudahlah kak, pernikahan ini tidaklah penting bagiku, yang penting bagiku adalah aku tidak akan meninggalkan kakak lagi, aku sangat menyangi kakak, ayuk kak kita pulang saja.. " ujarnya Amelya sambil menggandeng tanganku keluar dari ruangan mewah itu.

Tiba-tiba sirmata Adekku Amelya menetes dipundakku seraya berkata, " Aku tidak mau mau kehilangan kakak untuk yang kedua kalinya..." ucap Amelya, dan kami pun akhirnya pergi bersama menjalani kehidupan seperti biasa, Adekku Amelya kemudian sadar dan berubah menjadi lebih baik lagi.

Selesai.....

Salah Hormat
Voril Marpap

Sabtu, 29 April 2017

Cerpen : Miskin Itu Bukan Aib, Aku Dan Adekku Tepisah Karena Kemiskinan

Di Suatu Kesempatan Di Benteng Keraton Buton
Alhamdulilah seharian ini hati Adekku Amelia menjadi  bahagia, tak kala Ia telah menyelesaikan seminar proposalnya, itu berarti, Ia akan segara melanjutkannya menjadi sebuah Skripsi, sebagai alat ukur untuk seseorang menjadi sarjana. Aku yakin, Allah akan selalu membantunya dalam menyelesaikan segala kesulitan yang dihadapi.

Namun kondisi kami yang miskin, membuat Adikku Amelya merasa tidak pernah bersyukur terhadap semua yang diperoleh. Ia merasa miskin itu adalah Aib, menurut dia kemiskinan kami itu adalah suatu hal yang memalukan jika diketahui oleh kawan kawannya. Itulah Adeku yang selalu merasa takut dengan keadaannya, yang ada di bayangannya hanyalah kemewahan dunia ini.

Kami 2 orng bersaudara, Ayah kami sudah tiada karena sakitnya yang diderita kurang lebih 13 tahun yang lalu, membuatnya harus meninggalkan dunia ini, Ibupun entah tak tau kemana, sejak keperginnya ke Malaysia hingga kini tak kunjung ada kabarnya, kami berdua merasa diterlantarkan, hanyalah sebuah rumah reot peninggalan Almarhum Ayahanda tercinta tempat kami bernaung.

 itulah tantangan hidup yang harus Aku dan Amelia hadapi. Aku berkerja sebagai kuli bangunan dan buruh pelabuhan semata mata untuk membiyayai kehidupan kami. Aku selalu yakin dengan nasehat sang Ayah, bahwasanya bekerja keraslah demi  memperoleh kehidupan yang gemilang, itulah tantangan hidup yang sesungguynya. Aku korbankan pendidikan demi adikku, kucukupi segala kebutuhannya, demi adikku tercinta, ini adalah janji ku pada sang ayah sebelum kepergiannya. 

Aku yang sedang berlumuran campuran semen pasir bekerja tepat di depan kampusnya, yang aku mampu hanya melihat Adekku bahagia dari kejauhan saja, karena aku tau ia tidak suka jika, aku diketahui oleh kawan kawannya. Aku tau hal ini sangatlah berat, tetapi lagi lagi dia adalah Adeku, aku harus memenuhi janjiku kepada sang ayah, untuk menjaga dan membuatnya bahagia.

Sore haripun tiba, aku yang merasa lelah setelah seharian memikul beban kembali kerumah untuk beristrahat. Uang saku hasil jeripayah bekerja aku bagi dengan cara menabungnya dan membelikan nya makanan, Lalu aku bergetas kewarung makan langgananku dengan membeli 2 bungkus nasi seperti hari hari biasanya.

Sambil membawa 2 bungkus nasi, aku gemgam kantong kreseknya untuk sajian makan malam kami berdua, aku merasa malam ini malam yang bahagia karena telah melewati Ujian Prososalnya. Sesampainya di rumah,  aku tidak menemukan adikku biasanya ia telah pulang duluan dan  didalam hatiku bertanya apa yang sudah terjadi dengannya... lalu aku berinisiatif menghubunginya.

" Halo.. Dek, lagi gimana..?" Tanyaku, " Ia.. ia.. aku lagi bersama teman-teman, nanti aku hubungi lagi " sahut adekku dengan suara keras, " Halo... halo.. halo....." sahutku, ternyata penggilanku langsung diputuskan. Sayup sayup trdengar alunan musik yang sangat keras seprti ia sedang berada di sebuah Club malam.Aku tidak mau berspekulasi, aku tetap berpikir positif terhadap adekku itu, hingga aku putuskan untuk tetap menunggunya di rumah.

Waktu pun menunjukan pukul 23:00 hingga saat itu,  Adekku belum memberikan kabar tentang dimana keberadaannya, aku mulai mengkhawatirkan dirinya, jika ada anak perempuan berkeliaran hingga tengah malam itu, sungguh sangat mengkhawatirkan.

Malam yang seyogyanya membuat kami berdua bahagia, berubah seketika menjadi malam yang sangat menyedihkan, hngga akhirnya aku mendapatkan pesan singkat dari Adekku itu, " Kak.. jangan cari aku lagi, aku capek miskin kak, miskin itu sangat membuat aku malu kak, aku sekarang bersama kekasihku, terimakasih karena kakak telah membuatku hidup hingga saat ini, jangan hubungi aku lagi.. anggap saja aku telah tiada.. " itulah buyi pesan singkatnya.

Aku hanya bisa tersenyum, aku merasa itu adalah pilihan hidupnya tak perlu aku meratapinya, itu adalah keputusannya dan aku menghargai itu. Memang aku miskin harta, tetapi aku yakin ada ganjaran yang setimpal yang Allah janjikan bagi orang orang yang bertakwa.

Dunia ini fana, tidak penting punya banyak harta yang penting adalah tujuan yang tercapai, Tujuanku adalah memenuhi janji ku kepada ayahanda tercinta untuk mebiyayai adek ku tercinta. Alhamdulilah aku telah menjalankan amanah itu, yang aku tau adalah tidak penting banyak uang yang penting adalah cukup. 

Aku tidak merasa hina karena kekurangangan harta,  yang terpenting bagi ku adalah kaya hati karena merasa cukup dengan apa yang ada. Jikalau aku selalu sibuk mencari apa apa yang tidak ada, sesunggunya itulah kemiskinan yang sejati. Seperti Adek ku Amelya ia selalu mencari apa yang tidak mampu Aku berikan makanya ia memilih hidup bersama kekasihnya. 

Hingga akhirya itulah yang terjadi, aku dan Adekku terpisah karena kemiskinan. Perihnya hati saat menerima keadaan itu, membuat aku semakin kuat, aku berusaha tidak bersedih aku harus kuat karena ini adalah jalan hidup yang dipilih  harus dijalani secara ikhlas dan tawakal mohon hanya kepada Allah sebagai sang pemilik kehidupan.

La Illaha Illa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minnazalimin ( Tiada Sesembahan Selain Engkau Ya Allah, Mahasuci Engkau Wahai Allah, Sesungguhnya Hamba Termaksud Orang Orang Yang Dzalim). Selesai.

Salam Hormat, 
Voril Marpap

Kamis, 20 April 2017

Tuntunan Agama dan Moralitas Bangsa

Mimbar Jumat Masjid Raya Baubau

Ceramah Jum'at
Oleh H. hasidin Sadif


Alhamdullilah Segala Puji Bagi Allah Tuhan semesta Alam Atas limpahan Nikmat dan Karunia Kepada kita Semua.

Salawat serta salam kepada nabi jujung kita Muhammad SAW keluarga beliaw dan para Sabahat.

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia,

Segala Peristiwa dan kasus di negri ini, ternyata tidak bisa dipahami secara sederhana, karena sesungguhnya seruan yang disampaikan selama ini tidak diamalkan dengan sebaik baiknya.

Realitas selama ini ulama institusi
keagamaan ustadz sudah tidak di anggap lagi padahal alqur'an sudah menjelaskan Yang artinya :

"Demi masa, Sesungguhnya Manusia Dalam Kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran,"

Dalam hal ini, jika kita tidak lagi mendengarkan hal tersebut, itu artinya ada kemerosotan moral yang terjadi di negri ini.

Kaum muslimin yang berbahagia

Jati diri manusia memiliki insanulkarim, ciptaan Tuhan yang terbaik. Kita semua tau bahwa manusia memiliki hati nurani yang juga terdapat hawa nafsu yang tergiur oleh kenikmatan dunia. Jika nafsu menguasai hati maka kemerosotan yang tejadi jika hati nurani yang menguasai hati maka akan berjalan di jalan yang benar sesuai tuntunan agama.

Kisah Qarun, namrud dll adalah pelajaran moralitas bagi kita yang tidak hanya di ucapkan melainkan di laksanakan dengan sebaik baknya. Jabatan dan limpahan harta bukannya jaminan untuk baik tidaknya moralitas seseorang, melainkan akhlak yang terpuji sesuai dengan tuntutan agama Islam.

Untuk itu marilah secara bersama-sama meningkatkan ketakwaan kita dan berpegang teguh pada dinullislam. Jika secara pribadi masih lemah memahami agama marilah kita denagrkan ceramah agama, mengkaji agama dll sepanjang bermanfaat buat diri kita terlebih lagi bermanfaat bagi orang lain.

Diakhir khutbah ini marilah kita merenung sudah baik kah akhlak kita, seberapa yakinkah kita tidak menurunkan moralitas negri ini? Marilah kita mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal yang paling kecil yakni janganlah berprasangka buruk kepada orang lain apalagi kepada sesama muslim.

Waulahualambisawaab..