Rabu, 03 Mei 2017

Cerpen : Candaan Orang Kampung

Bersama Abang Lambote Waruruma
Hujan ritik tintik yang membasahi bumi, membuat aku makin terlelap dalam tidur diwaktu sedang mengistrahatkan diri sebelum melanjutkan semua perkerjaan ku, lelah tubuh ini terasa, setelah beberapa jam bergelut dengan campuran pasir untuk keperluan semen cor. 

Sungguh kawan, terasa nikmat hidup ini, tak kala perut yang dalam kondisi kenyang, sempat pula terlelap tidur pulas dan nyenyak, dengan beralaskan kardus bekas popok bayi, aku segera merebahkan badanku lalu tidur, hingga aku tidak dapat lagi membadakan apakah aku masih hidup ataukah sudah meninggal.

Ketika, melihat aku terlelap tidur dalam pembaringan, sontak rekan kerja ku la kujek yang jahil itu, tidak mau melewatkannya begitu saja, namanaya juga orang jahil ya harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. 

Diambilnya galon kosong bekas, lalu di susunnya rapi sabil dipukul galon itu lalu berkata la kujek dengan suara 40000watt , " Kebakaran... kebakaran,,,,, kebakaran,,,,,,,,,,,,,,,,," teriak la Kujek sambil membuat gaduh suasana, hingga kedengaran ramai dan panik.

Aku yang sedang tidur terlelap tiba-tiba terbangun, lalu mengeluarkan reaksi spontan, " woi mana api mana api.. kebakaran woi kebakaran woi.... coba ambil ember mana air air air...." kataku sambil terburu buru aku langsung masuk kekamar mandi lalu mengambil 2 ember air lalu menganngkatnya dan segera membawana kehadapan kawan kawanku.

Melihat reaksiku itu, spontan semua rekan kerjaku, senasip sepenanggunangan, semuanya tertawa terbahak bahak, aku yang tidak memakai baju datang dengan 2 ember air hendak menyiram api, " mana apinya kebakarannya mana.." tanyaku dengan wajah datar, lalu aku mendengar suara sang mandor kerja yang telah aku anggap bagaikan saudara.

" tenanglah Ansar, La Kujek hanya bercanda... sebenarnya dia hanya ingin membangunkanmu, masalahnya sudah lama tidurmu kaasi, sudah hampir 2 jam," ujar mandor kerjaku.

 " Ya Allah begitu ka... pak mandor saya tidak sadarmi pak.. masalahnya saya terlalu kelelahan" kataku membela diri.
" sudah-sudah kau kujek sini,,," kata simandor memanggil la kujek, " ia pak " jawab La kujek " kmu minta maaf skrang.." kata simandor, sontak la kujek berkata kepada sang mandor " baik pak segera "sambil menengada ke arahku La Kujek  "berkata saya minta maaf anshar sy hanya becanda, " ujar la kujek sambil menggenng tanganku, 

" okok marimi kita lanjut kerja ta, saya maafkan kita kujek jangan di ulangi lagi eee" jawabku dengan tersenyum, " kujek kujek untung dia tidak tidak jantungan, untung dia langsung  bereaksi cari cari air, kalw dia bereaksi ambil bom pasti dia bom kau itu, hancurlah kau....hahahahahhaha" kata mandor sambil tertawa geli.

Mendengar ucapan sang mandor spontan kawan kawan semua yang menyaksikan keseruan hari ini menjadi tertawa terbahak bahak. dalam hatiku berkata, inilah keluargaku, rekan kerjaku adalah kawan, sekaligus, saudara dan family karena tanpa mereka, aku hanyalah pribadi yang miskin akan persaudaraan.

Sungguh kawan, pengalaman bersama kawan kawarn para pekerja  buruh bangunan adalah hal yang menyenangkan, karena pada dasarnya, kami semua para buruh bangunan, sudah saling mengganggap keluarga satu sama yang lain. Kami selalu kompak dalam bekerja saling membatu antara satu dengan yang lainya.

Aku yakin La Kujek berani membuat kejahilan tersebut karena ia sadar yang dijahili adalah sahabat nya sendiri. begitu pula dengan diriku, aku pun juga menyadari sepenuhnya bahwa ulah para sahabatku itu mempu mencairkan suasana sehingga tidak ada jarak antara pak mandor, dan kami para pekerjanya.

Apapun yang terjadi adalah bagian dari cara kita untuk mensikapi segala suasana, la kujek yang jahil ini mampu mengajarkan aku betapa persahabatan tanpa batas adalah bagian dari liku hidup yang akan membuat sisi kehidupan menjadi berwarna membawa kenangan hingga akhirnya aku menyadari bahwa sahabat itu adalah sebuah tanggung jawab yang manis.