Selasa, 09 Juni 2015

Merajut Asa Menuai Harapan III


Siswa Kelas I
Dikota Baubau ia melanjutkan study di Universitas Dayanu Ikhsanuddin jurusan Administrasi Negara dan tinggal dikediamannya Pak Aziz yang juga pengurus masjid raya Kota Baubau. Dirinya mengaku bahwa Pak Azis merupakan salah satu inspirator didalam kehidupannnya, satu hal yang tidak pernah ia lupakan dari pak Azis adalah tekadnya yang kuat pada saat merehabilitasi masjid raya Kota Baubau, “ ketika itu beliau beliau berkata, kalau ada uang kita membangun jangankan kita biar anak sd bisa membangun, yang jadi persoalan sesungguhnya aadalah bagaimana kita membangun sesuatu dari tidak ada menjadi ada itulah prestasi,  maka itulah yag menajdi inspiraasi saya dalam mewujudkan pembangunan MIS Nafi’u dari tidak ada menjadi ada dan alhamdulilah Allah SWT memudahkan semuanya, “ katanya.

Siswa Kelas II
Saat ini Amrun tinggal bersama istri dan 4 orang anaknya di Desa Lasalimu, Kecamatan Lasalimu Selatan, kabupaten Buton, ia juga tercatat sebagai guru honorer di MTS Lasalimu, alur kehidupan yang dijalani sungguh penuh dengan perjuangan, yakni kewajiban menafkahi keluarga serta tantangan untuk membangun sebuah madrasah di pedalaman Wa Pe’u. Sebagai guru honor penghasilan yang diperoleh Amrun tidaklah seberapa ketika itu, ia harus berhadapan dengan bagaimana sulitnya membagi penghasilan antara memenuhi kebutuhan keluarga dan kebutuhan sekolah, “tetapi alhamdulilah semua dapat dilalui dengan baik berkat rezeki dari Allah SWT, “ ujarnya. 

Dalam upaya menghadirkan Mis Nafi’u dari tidak ada menjadi ada, bukanlah hal yang mudah. Karena dirinya harus berhadapan dengan cibiran dan hinaan dari masyrakat setempat yang sangat menguras emosi. “ Dulu banyak orang yang mengatakan bahwa madrasah kami ini ilegal, sehingga orang tua salah seorang guru saat itu menangis karena tidak sanggup menahan tekanan dari luar, “ ujarnya sambil menambahkan dengan hinaan dan cibiran tersebut diriya menjadi semakin termotivasasi untuk memperkuat tegagaknya tiang penyangga Mis Nafi’u. 

Siswa Kelas III
“Seandainya orang itu memberikan saya uang lalu disuruh membuat sekolah, itu merupakan beban moral yang sangat luar biasa karena saya malu kalau apa yang menjadi harapannya itu tidak kesampaian tetapi jika dihina dan tidak diberi apa-apa itulah yang membuat saya semakin meningkatkan kekuatan demi mewujudkan madrasah ini, “ Kenang Amrun yang juga telah mengambil akta IV agar dapat menjadi guru lalu mengajar. Kemudian lanjut ia, mengatakan “ sesungguhnya orang-orang di pedalaman Wa Peu orangnya cerdas-cerdas karena rata-tara  yang selalu berprestasi di MIN 1 Buton itu, rata-rata dari sana, “ Ujarnya.

Siswa Kela V
Dirinyapun harus merasakan pertentangan batin yang sangat luar biasa, karena semua yang terjadi pada saat itu sangatlah menguras pemikiran dan emosi dihatinya. Hanyalah kesabaran, keikhlasan dan kejujuran lah yang menjadi tameng dalam menghadapi segala macam tantangan, sembari tetap berdoa dan berusaha demi mengharap ridho dari Allah SWT sehingga kiranya, dirinya dapat diberi kemudahan dalam rangka mewujudkan cita-cita mulia bahwa mereka harus mampu keluar dari kemiskinan dan kebodohan agar dapat bermanfaat bagi sesama.

BErsambung....