Senin, 04 Agustus 2014

Antara jarak dan ujian kesetiaan cinta (BAGIAN 1)



LOVE Is True

 Saat itu, Diseluruh sudut ruangan kerja ku sedang kudapati dalam keadaan berantakan tak terawat. Debu bertebaran kemana-mana, setelah kurang lebih 12 hari lamanya aku tinggalkan untuk cuti kerja dalam rangka mudik sekaligus liburan dan berlebaran di kampung halamanku tercinta. 
Lantaran sebelum libur Hari Raya Idul Fitri  kemarin aku tidak sempat membereskannya  terlebih dahulu, wal hasil kini aku harus membersihkannya sendiri. Namaku Arya, Saat ini aku bekerja pada kantor redaksi harian surat kabar Sinar Harapan sebagai redaktur. Baiklah kali ini aku akan becerita tentang romansyah cinta ku yang terhalang oleh jarak dan waktu, tetapi dengan penuh keyakinan hati, cinta kasih dan saling percaya membuat aku dan Rika Prasilya mampu menjalaninya.
Baru sehari yang lalu aku memulai kembali bekerja sebagai redaktur, sebelumnya aku dibuat sangat senang sekali, karena aku baru saja bertemu Rika wanita yang sangat aku cintai yang mewarnai hidupku selama 2 tahun terakhir. Taukah kau kawan Rika adalah pujaan hatiku, menurutku dia adalah wanita yang cantik dan mempesona gadis-gadis di kampungku memang terkenal cantik-cantik. Tutur katanya yang lemah lembut serta kasih sayangnya membuat aku semakin jatuh cinta padanya. Menjalin hubungan percintaannya dengannya membuatku merasa menikmati apa sebenarnya cinta itu, sungguh kawan dia adalah wanita pujaan sekaligus penjaga hatiku.
Dentuman Kapal Pelni Bukit Siguntang mulai bersuara pertanda, kapal itu akan segera berangkat menuju pulau jawa, Bagiku peristiwa hari itu adalah peristiwa yang paling menyedihkan.
Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, aku telah mengambil keputusan yang menjadi ujian bagi hubungan kami, yakni sebuah keputusan untuk segera merantau ke pulau jawa demi memaksimalkan bekal dalam rangka membina rumah tangga yang Sakinah, mawadah, warahma bersama Rika. Ia kawan, Ini adalah pertaruhan komitmen dan tanggung jawab sebagai pria sejati. 
Sebelum aku masuk untuk bekerja seperti biasanya, di akhir penghujung Idul Fitri tahun ini, hatiku merasa sedih tak karuanm jujur aku akui aku tidak pernah sama sekali menginginkan perpisahan itu, Karena di hati kecilku yang paling dalam aku masih sangat ingin bersamanya. tiap malam aku selalu mengingatnya hingga saat aku menulis kisah ini aku pun masih sangat rindu padanya.
Aku sadar, ketika bibir ini berkata selamat jalan kasih, saat itu pula hatiku menangis sedih dan pilu, karena segera akan meninggalkan wanita yang aku cintai. Walaupun demikian aku sadar bahwa jarak yang amat sangat jauh membuat kesetiaan kami di uji. Semunya itu aku lakukan demi dia dengan tujuan ingin menggapai cita-cita serta impian besar kedepannya dengan meluapkan secara maksimal kasih sayang yang nyata kepadanya. Tentunya atas dasar rasa cinta dan kasih sayang yang tulus hasil dari komitmen kami berdua. Aku berharap kepada Allah SWT akan memudahkann semuanya.
Di ujung Pelabuhan Murhum kawan, aku ucapkan kata-kata yang sangat menguras emosiku. Sebagai seorang pria, sejatinya aku tidak akan mengeluarkan air mata, tapi hari itu air  mataku bercucuran seperti air yang mengalir akibat dari rasa ingin selalu bersama dengan dia.
                “ Dek.., abang pamit ya…. Jaga dirimu baik-baik, abang harap kamu akan selalu setia untuk menanti abang kembali…” Kataku sambil mengecup keningnya dengan pelan.
Aku akui kawan kecupan itu, sangat berbekas di hatiku rasanya aku ingin berteriak Tuhan jangan pisahkan kami namun harus aku lawan demi cinta yang abadi aku harus rela meninggalkannya.Betapa sungguh kawan, aku tak kuasa membendung rasa sedih yang tertanam di dalam dadaku. Walaupun hatiku merasa tidak ingin berpisah dengannya, namun apa daya hanya dengan cara itu aku akan menggengam dunia dan membawakan rembulan menuju mahligai bahagia. Ia kawan Perpisahan itu terjadi terjadi sangat cepat sekali.
Aku harus meninggalkan dirinya, untuk mencari rezeki, dengan harapan jika aku kembali nantinya aku akan langsung menikahinya agar semua harapan dan cita-cita kami berdua akan terwujud dengan baik. Kali ini aku berjanji padanya Insya Allah tahun depan aku akan akan melamar dia.
                “ Ia Bang… hati-hati dijalan yaa…, aku doakan semoga abang selamat sampai tujuan, semoga apa yang abang cita-citakan dapat menjadi kenyataan cepat pulang ya bang…..  ” Jawab Rika dengan penuh senyuman, Secara spontan aku langsung memeluknya dan sekali-kali menciumi keningnya.
“ De yakinlah cinta ku padamu, sangatlah tulus, tolong jaga dirimu baik-baik, insya allah tahun tahun depan aku akan menikahimu, agar kita dapat dapat membentuk rumah tangga yang utuh, itu kan harapanmu..?” kataku
“ Ia bang… Aku sangat sayang skali sama abang…. Aku mencintaimu bang…” jawabnya.. saat itu aku melihat dimata Rika mulai berkaca-kaca. Akupun juga demikian adanya.. sungguh kawan aku tak sanggup melewatinya tak terasa air mataku pun keluar juga akhirnya, kami berdua  tenggelam dalam suasana haru yang mengguras emosi.
                “ De’ mungkin disana aku sangat merindukanmmu, kau tau bahwa kau adalah impianku, kau adalah nafasku, kau adalah jantung hatiku de’ tak ingin rasanya aku berpisah dengan mu, namun perpisahaan ini adalah merupakan awal dari dari masa depan kita.. tolong titip hatiku di hatimu“ ucapku
Kemudian Rika menatap  tajam kearah mataku, dan berkata
                “ cepat pulang bang, aku sangat merindukan abang…” katanya.
***