Kamis, 05 Desember 2013

Andini, Kisah Balita Bertubuh Lemah.

Andini & Ibunya
Andini Balita berumur 4 tahun asal Desa Galanti Kecamatan Wolowa Kabupaten Buton ini, terpaksa harus selalu berbaring dan dipangku oleh kedua orang tuanya akibat kondisi tubuhnya yang lemah membuat diriya tidak dapat berjalan bahkan berdiripun tak mampu ia lakukan, pasca peristiwa yang terjadi pada oktober 2010. Inilah kisah Andini yang sempat di Kunjungi wartawan Baubau pos di kediamannya beberapa waktu lalu.

Laporan : Voril Marpap

Didalam sebuah rumah sederhana, Putri pertama pasangan suami istri Arifin dan Lisnawati ini harus berjibaku menahan penderitaan yang dialami sejak 2 tahun silam. Kedua orang tua Andini merasa terpukul jika mengingat peristiwa itu. Saat itu,  Andini masih berumur 6 bulan dengan kondisinya yang sangat sehat. Pada suntikan pertama posiandu, kemudian memasuki suntikan kedua hingga suntikan ketigapun berat badan nya andini masih normal bahkan bertambah hingga mencapai 8 kg lebih. Namun setalah peristiwa itu, tepat tanggal 17 mey 2010  Andini mengalami kejang-kejang hingga tak sadarkan diri.
"Sejak di suntik imunisasi waktu posyandu, anakku sudah menangis, pulang dari posiandu belum sampai di rumah anakku sudah mulai kejang-kejang, sampai keluar busa di mulutnya hingga tidak sempat sadarkan diri," ujar Arifin ayah Andini kepada sejumlah wartawan. Kemudian, Lanjut Arifin menjelaskan kondisi saat itu, dirinya mengakui sangat panik karena kondisi Andini yang sudah tidak sadarkan diri, sehingga ia harus memutuskan segera menuju ke puskesmas Kecamatan Wolowa untuk diberikan pertolongan medis. Dengaan bantuan mobil Dinas Kepala Puskesmas Kecamatan Wolowa saat itu, Andini langsung di bawa ke Puskesmas Kecamatan Wolowa untuk di beri pertolongan pertama.
"Setelah dirawat dipuskesmas wolowa, anakku  langsung di rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton di La burunci, selama 12 hari," ujarnya, tidak sampai disitu saja masih kata Arifin, selama 12 hari perawatan pihak RSUD Kabupaten Buton memberikan perawatan Fisioterapi kepada Andini, dalam rangka pemberian perawatan lebih lanjut kepada Andini pihak RSUD Kab Buton memberikan surat rujukan ke RSUD Propinsi Sulawesi Tenggara di Kendari, " di kendari ada 3 orang dokter ahli yang  menangani anaksaya, sampai di sana kami menginap di mess buton, " Katanya sambil mengaku dirinya sangat kecewa dengan hasil pemeriksaan d RSUD Propinsi Sultra.
Sementara itu, Saat di konfirmasi Kepala Puskesmas Kecamatan wolowa Awaludin Musaini sangat kaget perihal peristiwa itu, dia tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Andini, "pada waktu itu saya juga kaget saya kira Pak Arifin ini pasien, padahal setelah saya tanya-tanya ternyata pernah ada peristiwa yang terjadi terhadap anaknya, " ujar Awaludin, sambil menambahkan dirinya juga sangat prihatin terhadap peristiwa yang terjadi pada Andini.
Kemudian dari dalam lacinya Awaludin memberikan surat keterangan dari RSUD Kab Buton dengan nomor 445/557/ix/2010 yang menerangkan bahwa pihak RSUD Kab Buton telah menerima Andini sesuai dengan surat rujukan Puskesmas Kecamatan wolowa no. 445/048 dengan keluhan kejang, demam dan batuk berlendir. pada pemeriksaan fisis di temukan Keadaan umum Andini saat itu mengalami sakit berat, dan kesadaran sulit di nilai. hingga akhirnya keadaan tersebut mengakibatkan Paru Andini mengalami Ronchy Positif di kedua lapangan parunya. hasil diagnosis dokter di RSUD Kab Buton Andini mengalami Kejang Demam Komplikata, Encephalopati, pneumonia dan malaria tropika.
Sesuai dengan Surat Rekomendari dari Komite Daerah Pengkasian dan Penanggulangan Kejadian ikutan pasca imunisasi (KOMDA PP - KIPI) propinsi sulawesi tenggara, berdasarkan hasil investigasi, melalui pengkajian secara mendalam dan teliti oleh pihak KOMDA PP - KIPI Nomor 05/PP-KIPI/x/2010 merekomendasikan beberapa poin diantaranya dugaan gangguan penglihatan yang dialam andini tidak berhubungan dengan kausalitas denan imunisasi DPT, kemudian demam dan kejang yang dialami Andini tidak cukup bukti untuk menolak hubungan sebab akibat imunasi karena dalam waktu yang bersamaan anak juga menderita malaria tropika dan sangat berpotensi unutk menjadi malaria berat, dan dapat di pastikan bahwa petugas imunisasi puskesmas telah melaksanakan tugasnya sesua dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Olehnya itu, Sebuah pelajaran yang harusnya di ambil oleh seluruh orang tua bahwa sebelum melakukan imunisai bagi anak-anaknya pastikan kondisi mereka dalam keadaan sehat, demi masa depan generasi penerus bangsa ini. (voril)