Sabtu, 12 Oktober 2013

Kisahku Menikmati Sail Indonesia Komodo di Pulau Buton.


Cerpen Non Fiksi, Karya : Voril Marpap
(Cerpen ini telah di ikutkan dalam Kompetisi Menulis Tulis Nusantara 2013 dengan tema: “Merayakan Warna-warni Indonesia)
Baleho Festival Kebudayaan Buton yang Terpasang di Jalan Protokol Pasarwajo
Hari ini bertepatan dengan, kegiatan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo, Ibukota Kabupaten Buton. Selama 3 hari kedepan masyarakat Kota Pasarwajo akan di suguhkan pageralaran warna warni budaya yang ada di jazirah eks Kesultanan Buton. Mulai dari tradisi adat Phedole-dhole, Pekakande-kandea, Posuo, Pagelaran Tari Kolosal sampai pameran produk ekonomi kreatif, yang kesemuanya terbingkai indah dalam Kegiatan Sail Indonesia 2013 di Kota Pasarwajo.
Penyambutan Ibu Mentri Pariwisata & Ekonomi Kreatif
Jujur, aku sangat terkagum-kagum dengan pagelaran festival Budaya Buton tersebut.  Apalagi di tambah dengan aksi pemecahan Musium Rekor Indonesia, alhasil, dari kegitan tersebut Pemerintah Kabupaten Buton berhasil menyabet 7 rekor Muri dan 1 rekor dunia, Yakni  rekor Muri peserta Adat Posuo terbanyak, Rekor Muri peserta Adat Pekakande-kandea terbanyak, Rekor Muri peserta Adat Phedole-dhole terbanyak, Rekor Muri Peserta Tari Lawati terbanyak, Rekor Muri Peserta Tari Cungka terbanyak, Rekor Muri peserta Tari Ngibi terbanyak, Rekor Muri pesertatari kambero terbanyak dan Word Record peserta Tari Kolosal Wandiu-ndiu dengan peserta sebanyak 12.500 Penari.
Sungguh kekaguman itu, menjadi warna warni budaya nasional yang patut di rayakan sebagai potensi budaya sekaligus menjadi kebanggaan warga nusantara tercinta. Tidak pula ketinggalan, aku yang sangat antusias menjadikan semuanya, yang terlihat pada saat itu, terpampang nyata di harapanku, karena semua itu mampu membuka hati dan pikiranku betapa Budaya Buton sangatlah beraneka ragam dan tidak kalah dengan budaya menariknya dengan budaya daerah lain di negri ini. 
Penerimaan Record MURI
***
Oh ia, Sebelumnya perkenalkan namaku Voril Marpap, aku sangat mencintai Budaya Buton karena aku hidup, dan besar di tanah Buton. Namun akibat arus globalisasi aku menjadi seorang yang sangat awam dengan budayaku sendiri. Beruntung, ada kegiatan Festival Kebudayaan Buton dalam rangkaian Sail Indonesia 2013 mampu membuat ku terperagah, betapa Budaya Buton sungguh begitu sangat berarti dan sangat indah untuk di lupakan.
Aku tinggal di Kota Baubau, jarak dari Kota Baubau ke Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton, kurang lebih 54 KM. yang di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat ataupun kendaraan roda dua. Syukur alhmamdulilah Pulau Buton adalah pulau dengan penghasil tambang aspal  terbesar di dunia, maka, dapat di bayangkan betapa mulusnya jalan raya di Pulau Buton.
Ya.. bukannya menyombongkan diri, tapi sebagai putra asli Pulau Buton, saya sangat bangga dengan daerahku ini. Pasalnya disinilah tanah tumpah darahku, tanah air tercinta di pulau Buton. Walaupun demikian, rasa cintaku pada Pulau Buton, tergambar pada baground leptop dan handphone ku yang bergambarkan peta Pulau Buton. Mungkin bagi sebagian orang itu adalah lelucon murahan, tapi bagiku hal tersebut adalah keunikan tersendiri, karena jarang kita jumpai orang yang menggunakan peta daerah asalnya nya sebagai layar baground hanphone atau leptopnya kemungkinan hanya aku sendiri hehehehe.(keep smile ). 
Penganugerahan Gelar Kebangsawanan Wa Ode
Okey.. izinkan aku memulai cerita tententang pengalamanku mengikuti kegiatan Sail Indonesia Komodo 2013, dan Festifal Kebudayaan Buton di Kota Pasarwajo.
Hari pertama, Pembukaan kegiatan Sail Indonesia Komodo 2013, di pusatkan di lapangan Banabungi Kota Pasarwajo. Saat itu Kegiatan tersebut di buka langsung oleh Ibu Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wa Ode Mary Elka Pangestu. Nah ada yang berbeda khan…. dengan penyebutan nama ibu mentri..? itu bukan secara kebetulan kawan, melaikan pada kegiatan tersebut pula, Ibu mentri di berikan gelar kebangsawanan Wa Ode Oleh segenap masyarakat Buton yang di saksikan oleh Gubernur dan beberapa Kepala Daerah di Jazirah Sulawesi Tenggara.
Olehnya itu, secara otomatis, Ibu Mentri Pariwisata dan Ekomoni Kreatif, sudah menjadi bagian dari masyarakat Buton dengan gelar kebangsawanan Buton yang di sematkan kepadanya. Saya secara pribadi merasa sangat senang bercampur haru karena Ibu Mentri dapat menyempatkan diri untuk hadir bersama masyarakat Buton dalam Pagelaran seni budaya  Buton melalui Kegiatan Sail Indonesia Komodo 2013 di Kota Pasarwajo. 
Perangkat Daerah yang Berpakaian Adat
Maka dari itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang dalam-dalamnya kepada Ibu Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wa Ode Mari Elka Pangestu atas kesediaannya berkunjung ke Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton, semoga Ibu Mentri dan keluarga slalu di beri kesehatan oleh Allah SWT Amin ya Rabbal Alamin.
Lagi-lagi kegiatan pembukaan tersebut, mampu membuka mataku betapa sungguh kekayaan tradisi budaya masyarakat buton masa lalu sangatlah berkharisma, hal tersebut tergambar pada pakayan adat Buton yang di kenakan oleh Ibu Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, yang terlihat sungguh cantik dan anggun menggunakan pakaian Kombo. Secara pribadi saat itu saya menjadi salah satau pengagum ibu mentri yang anggun dan tidak mau ketinggalan moment sedikitpun.
Bukan maksud untuk membesar-besarkan hal tersebut, tapi bagiku ini adalah fakta,  yang harus aku ceritakan pada kesempatan ini. Karena menurutku, hal tersebut sangat menarik untuk di di ceritakan sehingga mampu menjadi daya kekuatan yang maha dhasyat pada perkembangan pariwitasa yang ada di  Pulau Buton. Olehnya itu, saya tidak mau kehilangan moment tersebut hingga akhirnya tulisan ini dapat di nikmati oleh pembaca sekalian.
***
Salah Satu Peserta Pekakande-Kandea
Tepat, di depan panggung utama pembukaan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo, dan  di saksikan oleh jutaan pasang mata masyarakat Pasarwajol Gubernur Sulawesi Tenggara dan Bupati Buton serta beberapa kepala daerah di jazirah Sulawesi tenggarapun, menjadi saksi betapa pagelaran Budaya Buton mampu menghipnotis seluruh orang yang hadir pada saat itu.
Seluruh perangkat pemerintah Daerah Kabupaten Buton, menggunakan pakaian khas Kesultanan Buton menambah Khasrismatik pagelaran Festival Budaya Buton di Pasarwajo. Apalagi peserta Sail Indonesia Komodo 2013 yang terdiri dari 12 negara kesemuanya menjadi padu dengan kekentalan adat dan budaya masyarakat Buton seutunya. Sungguh bagiku ini adalah pertunjukan budaya yang sangat baik dalam merayakan warna warni budaya nusantara
Di pelataran Lapangan Banabungi, sudah siap beberap stand pameran Ekonomi Kreatif dan ibu ibu  Pengrajin sebagai pelaku utama Ekonomi Kreatif  di Pulau Buton di antaranya,  ibu-ibu Penenun Kain Buton, Aneka Pengrajin Kerajinan tangan khas Buton dan sejenisnya, mampu menjadi tontonan yang menarik untuk di saksikan. Sungguh kawan, pagelaran Budaya Buton pada saat itu, menjadi kesan tersendiri bagi saya secara pribadi.
 
Salah satu pengrajin sekaligus pelaku ekonomi kreatif
Belum lagi pertunjukan, budaya Pekakande-kandea dengan menghadirkan 1.000 talang saji yang berisi aneka kuliner khas Pulau Buton, mulai dari Lapa-Lapa, Ikane Kantunu, yang tersaji komplit didalam Nasu Wolio. Ini merupakan gambaran kekayaan budaya Buton masa lalu sebagai jati diri masyarakat Buton. Dan hingga saat ini masyarakat Buton masih melestarikan adat dan budaya itu sebagai satu kesatuan yang utuh.
Disamping itu pula, ada lagi pertunjukan budaya yang di laksanakan saat itu adalah Phedole-Dhole dimana melibatkan 1.000 peserta anak balita yang siap di Pedhole-dhole. Dimana kegiatan tersebut merupakan kesyukuran kepada Allah SWT atas anugerahNya yang di simulasikan dalam bentuk adat budaya Pedhole-Dhole. Alangkah kagummnya diri ini menbayangkan kenyataan bahwa Pulau Buton adalah salah satu daerah yang memiliki kekayaan Adat Istiadan dan Budaya yang beraneka ragam.
Akan aku ceritakan mulai dari Aneka Kreajinan Ekonomi Kreatif di Pulau Buton, Pertunjukan Kuliner Khas Buton Pekakande-kandea dan Budaya Pedhole-dhole. 
antusias masyarakat pasarwajo mengikuti kegiatan Festival Kebudayaan Buton
 Aneka Kerajinan Ekonomi Kreatif

Pulau Buton, kita ketahui bersama adalah salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah. Dimana sumber utama untuk meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat buton tersedia di daerah ini mulai dari bambu, rotan, aneka dedaunan khas Buton dan lain sebagainya. Kemudian tidak pula ketingalan kain tenunnan Khas Buton dengan corak yang unik mampu menjadi tolak ukur betapa perkembangan industry ekonomi kreatif di Pulau Buton sangatlah tinggi hal ini di tandai dengan anekan macam kerajinan berbahan dasar bambu dan rotan dapat kita lihat pada pertujukan budaya ini.
Seperti misalnya, kepandaian segelintir ibu-ibu yang ada di Pulau Buton, membuat karya kerajinan tikar Kiwalu Wabula. Dengan membuat kerajinan Kiwalu Wabula, masyarakat Buton mampu memproduksi kerajinan yang dapat menjangkau semua kalangan mulai dari kalangan atas hingga ke bawah karena semua kalangan tersebut, membutuhkan tikar sebagai alternative alas tidur selain kasur dan springbad, ini merupakan peningkatan ekonomi secara kreatif yang telah di praktekkan oleh masyarakat buton sejak zaman dahulu.
Di tambah lagi dengan, aneka anyaman keranjang khas Pulau Buton, yang dapat di jadikan sebagai alat perkakas sehari-hari di dalam rumah tangga mulai dari, Penutup Ayam Jago tebuat dari Rotan, Tudung Saji terbuat dari Bambu, Kombo/Kerangjang petani yang sering di gunakan oleh masyarakat Pulau Buton untuk mengangkat hasil-hasil pertanian dan talang yang semua  bahannya mudah di temukan di Pulau Buton.
Penonton Pagelaran tari Kolosal
Sungguh beraneka ragam bentuknya kawan, tentunya karya-karya tersebut dapat membangkitkan ekonomi kreatif masyarakat Pulau Buton. Jadi bukan hal yang berlebihan apabila Pulau Buton di katakan sebagai salah satu Pulau yang memiliki Kerajinan tangan yang luar biasa sejak zaman dahulu, ingga masa sekarang masih terjaga kelestariannya. Alhamdulialh Pemerintah Kabupaten Buton saat ini menitik beratkan perhatiaannya pada pelestarian budaya tersebut, jadi smua itu berjalan dengan baik dan sesuai harapan.
Tidak dapat di pungkiri kawan, pertunjukan tersebut menadi satu kesatuan utuh yang tergambarkan pada kegiatan Sail Indonesia Komodo 2013 di Kota Pasarwajo, betapa tidak, dengan kesungguhkan niat dan tekad yang kuat Pemerintah Kabupaten Buton, mampu mewujudkan kegiatan berskala internasional itu dengan harapan agar karya kerajinan serta adat istiada dan Budaya Buton secara universal tetap terjaga, sungguh ini merupakan kebanggaan tersediri bagi masyarakat Buton.

Pertunjukan Kuliner Khas Buton Melalui Budaya Pekakande-Kandea

Kurang nikmat rasanya, jika kita membahas adat dan budaya suatu daerah jika tidak membahas kuliner khas Pulau Buton, olehnya itu izinkan aku bercerita kawan betapa sungguh keunikan kuliner khas Pulau Buton mampu membuat pembaca sekalian menjadi penasaran akan kelezatan kuliner khas Pulau Buton yang pastinya merupkan kekayaan warna warni budaya nusantara di negri Indonesia tercinta. 
Penenun Kain Khas Buton
Untuk itu saya akan mulai dari Lapa-Lapa, kuliner yang satu ini terkenal karena kelezatannya dengan nasi hitam ketan sebagai bahan dasarnya. Dimana, pertama-tama nasi ketan hitam di masak lalu di kukus dengan mengunakan santan kemudian di bumbui dengan rempah-rempah khas Buton lalu di bungkus panjang-panjang oleh daun pisang lalu di bungkus lagi dengan pucuk kelapa. Bagiku hal tersebut aku anggap sebagai tampilan yang menarik kawan, karena bentuknya yang panjang dan rasanya yang nikmat, sekali di makan rasanya mau nambah lagi, itulah gambaran kuliner Lapa-Lapa.
Tidak pula Ketinggalan Ikane Kantunu (Ikan Bakar) dan Ikane Parende, karena Pulau Buton sebagian wilayahnya dalah laut, maka daerah ini boleh di bilang penghasil ikan yang sangat besar karena mayoritas masyarakatnya adalah nelayan jadi dapat di bayangkan betapa kekayaan alam laut yang dimiliki Pulau Buton sangatlah berlimpah. Oleh sebab itu salah salah satu olahan favorit masyarakat Buton adalah Ikane Kantunu serta Ikane Parende, yang kesemuanya mampu merwarnai kenikmatan kuliner di Pulau Buton. Kuliner ini tentunya selalu di sajikan dengan sambal tombat yang mampu menggugah selera  sungguh nikmat sekali.
Disamping itu pula olahan sayur mayur yang sangat khas karena menggunakan rempah-rempah khas buton, seperti sayur konduru, kapaeya, tiwadha, dan masih banyak lagi. Semua mampu menggugah selera bagi para peserta adat Pekakande-kandea dalam rangkaian Festival Kebudayaan Buton dan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo Ibu Kota Kabupaten Buton. Tidak berhenti sampai di situ saja suguhahan lalapan ayam kampung dan aneka kuliner lainya tersaji di dalam talang saji peserta Pekakande-Kandea.
sang Pengangkat talang
Kemudian tidak sampai di situ saja,  masih ada banyak kuliner menarik yang berjejer rapi di atas talang saji peserta Pekakande-Kandea. Di antara jejeran kuliner tersebut adalah aneka macam sajian kue khas Pulau Buton yakni, Kue Waje, Onde-Onde, Bholu, Bharuasa, Sanggara, Sanggara ngkaowi-owi, Cucuru, Dhodholo,  dan masih banyak lagi. Yang jelasnya kawan setiap satu talang saji peserta Pekakande-Kandea berisi aneka macam kuliner khas buton komplit di dalam sajian talang tersebut.
Yang unik dari Adat Pekakande-kandea ini adalah, setiap satu talang saji di tunggui oleh seorang wanita asli buton yang akan menyupi peserta pekakande-kandea, sungguh ini adalah pertunjukan budaya yang luar biasa dengann mengedepankan kearifan masyarakat lokal Buton yakni Pomaamasiaka (saling mengasihi), Poangkaangkataka (saling menghargai) Pomaemaeaka (saling menjaga), Popiapiara (saling memelihara) itulah falsafah bermasyarakat yang di anut oleh masyarakat buton sejal zaman dahulu kala.
  
Pertunjukan Budaya Pedhole-dhole

Pagelaran Budaya yang satu ini boleh di bilang merupakan budaya yang sangat unik, karena setiap anak yang lahir di Rahim wanita Buton, rangkaian adat budaya Phedole-dhole merupakan hal yang wajib bagi masyarakat Buton yang mampu menggelar adat tersebut. Karena adat budaya Pedhole-Dhole tersebut hakikatnya bentuk kesyukuran kepada Allah SWT atas nikmatNya yang telah memberikan karuniyahNya berupa keturunan yang baik sehingga selalu di doakan agar senantiasa sehat wal afiat dan bermanfaat bagi manusia lainya. 

Awak Media yang meliput kegiatan sail Indonesia 2013

Prosesi adat ini dapat di katakan sebagai suatu sistim imunisasi alamiah, karena pada dasarnya budaya Phedole-dole mengikutkan anak-anak kategori balita yang ikut akan di gulingkan dan langsung di urut oleh Bhisa (Mancuanana kampo). Di masa sekarang ini budaya Phedole-dole telah berkembang menjadi ajang silaturahmi antar sesama keluarga besar di kalangan masyarakat buton, sehingga adat  istiadat Pedhole-dole menjadi sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat buton secara umum. Oleh sebab itu, pertunjukan tradisi budaya Pedhole-dole bertrasformasi menjadi bentuk kesyukuran yang di lakukan oleh masyarakat buton demi mengharap ridho Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan seluruh jagad raya ini.
Adapun yang mengikuti prosesi adat Phedole-dhole tersebut adalah anak-anak kategori balita yang mana anak balita yang akan di dhole-dhole itu berarti akan di gulingkan di atas daun pisang bersamaan dengan minyak kelapa yang sekaligus akan di urut oleh orangtua kampung (mancuana bhisa) agar supaya anak tersebut menjadi sehat dan kuat. 
Itulah sebagian gambaran dari prosesi adat budaya Pedhole-dhole masyarakat Buton yang telah di lakukan secara turun temurun sejak zaman Kesultanan Buton sejak abad ke 14.
Humm…. Tak terasa senjapun telah tiba, saat- saat menghabiskan waktu di Lapangan Banabungi dalam rangkaian acara hari pertama kegiatan Festival Budaya Buton dan Sail Indonesia Komodo 2013 sangat berkesan. Yang pastinya akan di lanjutkan kembali pada keesokan harinya.
 
Para Penari
Taukah kau kawan hingga saat itupun, kekagumannku akan slalu terngiaang di kepalaku hingga akhirnya ku pejamkan mataku yang telah lelah karena seharian telah berada di lokasi kegiatan Festival Budaya Buton dan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton. Hingga akhirnya di pembaringan Hotel Yustisari Pasarwajo aku akhiri semuanya. Sungguh pengalaman yang sangat luar biasa kawan.
***
Matahari pun telah mulai menampakan dirinya, rasa lelah yang menyelimutikku semalam telah pun menghilang. Di hari kedua ini, sesuai dengan jadwal yang telah aku doawnload di web resminya Pembkab Buton terlihat akan di adakan seminar kebudayaan Buton dan Pertunjukan adat budaya Posuo. Akupun tidak ingin ketinggalan kedua momen penting ini karena semuanya adalah rangkaian kegiatan yang akan menambah kadar kekaguman di dalam dirikku akan Adat dan Budaya Buton yang universal.
Niat hati ingin mengikuti seminar Budaya Buton, namun apa daya saat itu bertepatan dengan isi SMS yang mengatakan bahwa salah satu kenemakanku yang paling kecil tiba-tiba di antar ke rumah sakit karena meminum minyak tanah. Mendegar berita itu, Aku langsung bergegas kembali ke Kota Baubau untuk menjenguk ponakannku yang entah keapa tiba-tiba di larikan ke RSUD Palagimata Kota Baubau.
Sudah aku pastikan kawan, kegiatan di hari kedua Festival Kebudayaan Buton, dan Sail kIndonesia Komodo 2013, sangat memberatkatkan hatiku karena aku sadar aku tidak dapat dimengikuti kegitan di hari ke dua Walaupun berat rasanya tetap aku jalani. Karena hidup itu adalah pilihan tanpa banyak mikir aku putuskah bahwa aku harus kembali ke Kota Baubau serakang juga.
Azriel yang terbaring lemah di RSUD Palagimata
Jam di tanganku telah menunjukan tepat pukul 09.00 pagi, saatnya aku mulai perjalanan menuju ke Kota Baubau untuk segera menjenguk ponakanku itu, ku rapikan barang baanku dan aku langsung menyusuri jalan poros Pasarwajo Baubau dengan berhati-hati untuk segera menuju ke Kota Baubau. Perjalanan yang sangat berliku kembali harus aku lalui demi melihat kondisi ponakanku itu karena, ponakanku itu adalah anak yang sangat membuatku ceria.
Inilah kisahku kawan, yang namanya musibah siapun tidak akan mau mengalaminya tetapi lagi-lagi ini adalah takdir dimana manusia selalu di beri pilihan dan harus memilih walaupun semua adalah bagian dari pada kisah ini. Oleh nya itu kisah ini merupkan gambaran betapa apapun yang akan kita hadapi kedepan, kita tidak mengetahui karena manusia hanya merencanakan tapi Allah lah yang akan menujukan apa yang terbaik dari kisah hidup kita.
Sejak aku putuskan untuk menjenguk ponakanku di RSUD Palagimata, aku langsung meluncur kesana. Rencanaku ingin mengikuti seminar Kebudayaan Buton dan Tradisi Posuo aku batalkan karena harus mengunjungi ponakanku yang sedang terbarik di RSUD Palagimata Kota Baubau. Tak terasa 2 jam telah berlalu dengan tenaga yang masih tersis akupun tiba di Rumah Sakit Daerah Palagimata Kota Baubau, saat itu, aku melihat seluruh keluarga yang ada disitu sudah mengeluarkan air mata. Akupun langsung  bertanya kepada kakaku
            “Kak bagaimana kondisi Azril,,,, apa belum sadar…..?” tanyaku
            “ Blum tau Ril.. dokternya juga lagi berusaha untuk menyembuhkannya…” kata Arianto kakakku yang juga ayah dari Azriel ponakanku yang lucu itu.
Spontan minyak tanah yang di minum oleh ponakannku itu, hampir merenggut nyawanya. Kejadiannya saat cepat skali, tanpa di sadari di tengah beraktifitas azril tiba-tiba terlihat lemah dengan nafas yang terputuh putus akibat meminum minyak tanah. aku pun juga saat itu tidak percaya bahwa ponakannku itu akan di larikan ke rumah sakit. Namun setelah aku berada di RSUD Palagimata barulah aku sadar bahwa smua keluargaku panic karena musibah itu.
Aku keruangan perawatan Azrial dan disana ponakaku terbaring lemah tak perdaya terlihat di hidungnnya terpasang selang oksigen sebagai alat bantu pernafasan, aku juga melihat dokter yang sedang memeriksa kondisi Azriel. selang beberapa lama dokter pun berkata kepada kakaku.
            “kita tunggu 1 jam kedepan kalau tidak siuman, pasien langsung di antar ke ruangan ICU “ katan dokter
             “ ia dok.. trimakasih banyak, saya mengharap bantuan dari dokter atas keselamatan anak saya, nyawa anak saya ada di tangan dokter,” ujar Arianto ayah pasien.
Lalu dokter meninggalkan kami untuk merawat pasien yang lain.
Azriel bersama ayahanda tercinta

Tak sadar air matakupun mengalir, melihat kondisi ponakanku yang masih kecil itu, di rawat di rumah sakit, sungguh aku tidak tega melihat penderitan yang di alami Azriel. Dengan nafas yang terputus-putus dan kulinya yang pucat mampu membuatku sedih yang sangat mendalam. Yang aku sesali adalah kenapa semua ini terjadi, saat aku ini menikmati ragam budaya melalui Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia Komodo 2013. Di lain pihat aku sangat menyangi ponakanku itu, etah kanapa aku slalu teringat canda tawanya  yang begitu ceria.
Suasana harupun mengalir pada perasaan keluargaku, sungguh kejadian itu mampu membuat kami, hampir kehilangan Azriel ponakanku yang lucu, lincah dan sedang pandai-pandainya berbicara dan berjalan. Mau tidak mau aku dan keluargaku harus menunggu satu jam untuk melihat perkembangan Azriel yang tengah terbaring lemah di pembaringan RSUD Palagimata Kota Baubau. Spontan kami pun semua yang ada pada saat itu terdiam yang bisa kami lakukan hanya memohon doa kepada Allah SWT agar Azriel di beri kekuatan dan umur panang untuk dapat melanjutkan hidupnya di dunia ini.
Itulah kenyataan yang aku dahapi, menjadi bagian dari kisahku dalam menikmati ragam budaya pada kegiatan Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton.
Di tengah kami semua sedang memanjatkan doa, tiba-tiba terdengar Suara Azriel yang sedang di pangku oleh ibunya,.
            “ maaaaamaaa…. Kaaa..kaaaa…” kata Azril  saat pertama kali siuman.
Alhamduliah kawan, Oksigen yang di pasangkan oleh dokter itu, telah menyelamatkan ponakanku itu. Sungguh kami sangat terharu dan bersyukur alhamdulialah, Allah telah menyelamatkan nyawa anak yang tidak berdosa itu, nyawa Azriel ponakanku yang lucu yang sangat aku sayangi. Stelah Azriel siuman kami pun melapor ke pihak rumah sakit untuk merat Azriel di rumah sajan.
Spontan aku langsung mengurus smuanya. Sisa-sisa ongkos perjalananu ke Pasarwajo, semua aku habiskan untuk pembayaran rumah sakit Azriel. Memang ayah dan ibunya azril melarangku untuk membayarnya tapi, aku jawab semua itu aku lakukan karena aku sangat menyanyangi ponakanku itu. Ya …. Semata-mata di dasari rasa sayangku kepada ponakanku itu.
Tak perlu berlama-lama, kami pun langsung membawa Azriel pulang ke rumah tepat pukul 14.00 Wita. Sesampainya di rumah, Azriel langsung di rawat oleh kedua orang tuanya semuanya kini telah kembali normal dan semangatku intuk melanjutkan perjalanan menikmati khasanah Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia Komodo 2013 akan aku lanjutkan pada ke esokan harinya.
****
Penari Kollosal

Keesokan harinya adalah hari terakhir pelaksanaan kegiatan Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo Ibu Kota Kabupaten Buton. Ku lihat kembali Jadwal kegiatannya, Hmmm.. rupanya persembahan hari terakhir adalah Pagelaran tari kolosal, Potimbe, Tari Ngibi, Tari Kambero, Dan Tari Lawati serta tari wandiundiu yang terpusat di kawasan Takawa Kabupaten Buton.
Dengan melihat kondisi yang ada, sudah memungkinkan bagiku untuk dapat kembali ke Pasarwajo dalam melanjutkan perjalanan menikmati pagelaran budaya yang sangat jarang sekali saya jumpai di daerah ini.
Rasa-rasanya kepercayaan diriku untuk menikmati perjalanan hari ini menjadi bertambah kuat sehingga aku harus menanamkan kepercayaan diri itu dengan sebaik-baiknya mengingat pengalaman ini mungkin satu-satunya di dalam hidupku yang menyaksikan persembahan special Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton.
Sekali lagi kulihat kembali Jadwal kegiatan, di dalam jadwal, pagelaran tari di mulai pada pukul 10.00 wita, itu artinnya aku harus mulai star lagi dari Kota Baubau ke Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton tepat pukul 08.00 pagi, itulah yang menjadi tantangan di hari ketiga. Olehnya itu tak perlu aku berlama-lama, aku akan memulai lagi perjalananku menyusuri jalan poros Baubau Pasarwajo yang berliku itu, sehingga keinginanku dapat tercapai, ingin menyaksikan pertunjukan Pagelaran Tari Kolosal di Takawa.
pemecahan rekor dunia penari kolosal terbanyak
Memang kawan tidak ada  yang akan bisa melarangku karena ini adlah murni panggilan jiwa sow apapun yang terjadi  aku harus ke pasarwajo karena itu adalah caraku untuk mengenal lebih deka aneka ragam budaya Buton yang tersaji di dalam Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia Komodo 2013. Ia kawan tidak ada kata menyerah di dalam hatiku tak peduli rasa lelah yang menyelimuti ku karena bagiku kenikmatan perayaan warna warni budaya nusantara adalah bagian dari kisah hidupku.

Singkat cerita, akhirnya aku pun berada di Takawa Pasarwajo tempat dimana pelaksanaan pagelaran tari kolosal akan di selenggarakan. Ingin rasanya segera menikmati pertunjukan spektakuler itu, apalagi di tambah dengan pemecahan record dunia persembahan tari wandiu ndiu dengan melibatkan 12.500 penari wow it’s amazing. Lebih dekat dengan kegiatan spektakuler itu, ternyata Pemenrintah Kabupaten Buton melakukan kerjasama dengan salah satu televisi swasta TV One yang akan bersiran langsung dari Pulau Buton melalui acara Coffee Break tepat pukul 11.00 WITA.
Sungguh kawan, berada di takawa dengan menayaksikan pagelaran tari kolosal merupakan bagian terindah dari kisah ini, karena saya di suguhkan pertunjukan spektakuler oleh charisma adat dan budaya Buton secarah utuh. Naluriku berkata inilah persembahan budaya spektakuler sepanjang tahun 2013 yang aku saksikan dari dekat yang menambah kekagumanku akan Adat dan Budaya Buton. Sekali lagi Inilah kawan bagian dari kisah itu.
Kegiatan itu di awali dengan sambutan Gubernu Sulawesi Tenggara yang pada intinya merasa bangga atas prestasi Pemerintah Daerah Kabupaten Buton yang telah mampu menyelenggarakan ivent bertaraf internasional ini, sehingga membuat decah kagum di seantero kota Pasarwajo menggema di dalam masyarakat pada hari itu.
Sungguh sangat menarik kawan, ketika aku putar kembali memory itu, ranya kenikmatan itu tidak akan ada habisnya karena pada dasarnya semua sajian budaya tersebut murni dari dalam hari yang sejak lama teraplikasikan di dalam kehidupan masyarakat Pulau Buton secara universal. Olehnya itu kawan kebanggaan ku itu, mampu tertuang di dalam tulisan cerita non fiksi ini sehingga dapat membawa manfaat bagi kita semua.
***
Wow… luar bisa.. hanya itu yang bisa saya katakan setelah menyaksikan pagelaran tari kolosal 12.500 penari di lapangan Takawa Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton, Semoga anda terkesan.

TAMAT