Jumat, 05 Februari 2016

Sakit Yang Membekas II


Nirwana Beach

Itulah salah satu fase tersulit di dalam kehidupan Rusly Alitanda Lamarae, diamana ganasnya penyakit tersebut, mampu menyita keceriaan yang dialaminya waktu kecil. Tidak jarang ia selalu sedih jika mengenang masa masa ketika ia sakit.
Dari penyakit yang didera selama bertahun-tahun, membuat wajahnya menjadi tidak seimbang karena bekas luka. Tanpa ia sadari penyakit kronis tersebut, menjadi berpengaruh besar terhdap ucapan (artikulasi) dari setiap apa yang terucap dari dari bibirnya.
Dengan kata lain, setelah sembuh dari penyakit tersebut, apapun yang diucapkan menjadi tidak jelas. Dan menurutnya itulah penyebab utama sehingga, ia memiliki kelemahan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Lantaran itu, ia selalu berusaha keras, untuk mulai melakukan latihan khusus agar jelas mengucapkan kata-kata. Salah satunya dengan cara berbicara mirip orang yang sedang berpidato, cara yang ditempuh untuk menanggulangi kekurangan tersebut.
Seiring waktu, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil, ahhirnya ia mulai berucap kata demi kata dengan baik dan benar, sehingga apapun yang dikatakan saat ini, menjadi mudah untuk dipahami oleh setiap lawan bicaranya.
Awalnya boleh dibilang sangat sulit, namun dengan usaha terus menerus serta berlatih dan berlatih, maka akhirnya perlahan namun pasti, saat ini ia tidak lagi bermasaalah dengan komunikasi.
Sebuah pelajaran berharga bahwa, kesungguhan dan kerja keras adalah kunci untuk meraih segala impian. Jia belajar dari pengalaman tersebut, saya yakin akan membuat kita sadar, bahwa buah dari usaha sangatlah manis dan enak terasa ditubuh.  Olehnya itu, jangan pernah berhenti berusaha dan bekerja keras demi masa depan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Sebagai orang Buton yang berada di tanah rantau, Rusly kecil selalu merasa diintimidasi oleh orang pribumi, yang selalu mengatainya, orang suka makan “suami”. Suami disini maksudnya suami tapi makanan khas orang Buton kasuami. Namun skrang ia sadar, bahwa hal tersebut bukanlah hinaan melainkan penghargaan bagi orang Buton karena memiliki makanan tradisional yang sangat enak dan gurih.
Cara membuatnya adalah, ubi kayu yang baru dipanen kemudian di parut lalu di buang airnya dan kemudian ampasnya di ambil lalu di jadikan kasuami. K,jnhCara  memsaknya pun terbilang sangat unik, yakni ampas ubi tersebut diambil, lalu di taruh ke dalam wadah anyaman dari daun pohon kelapa, yang di rangkai secara khusus hingga berbentuk bangun kecurut, mirip piramida.
Lalu kemudian kerucut yang berisi ampas ubi tersebut kemudian dimasukan kedalam belanga tradisional untuk dimasak. Setelah 45 menit lamanya dikukus, kasuamipun, siap untuk diangkat dan disajikan lengkap bersama ikan parende khas masyarakat Buton. Suatu kebersamaan yang indah dalam balutan cinta kasih yang utuh dalam menikmati makanan khas masyarakat Buton yani kasuami.