Senin, 04 Januari 2016

Si Anak Pantai



 RUSLY, S.Mn Terlahir dari keluarga sederna, anak dari seorang juragan kapal motor di Dusun Waihenaia, Desa Sirisorisarani, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku pada tanggal 28 Juli 1978. Pria yang akrab di sapa RAL, memiliki 6 orang bersaudara yakni Ramli, Rusly, Erna, Lisna, Rahmat dan satu lagi telah meninggal dunia.
Mari Selalu SETIA-KAWAN-SOLID Selalu merupakan salah satu motto Saudara RAL (Rusly Alitanda La Marae) putra Al-Buthuuniyah, anak dari pasangan suami dan istri, La Ali Buton Wakatobi dan Wa Ratna Buton. Tanpa menggengal lelah dirinya selalu berusaha menjadikan moto tersebut sebagai motivasi hidup demi mengeksplor seluruh bakat dan potensi diri serta memaksimalkan kemampuan yang dimiliki.
Namun, Rusly kecil dahulu juga dijuluki sebagai anak pantai karena tempat kelahirannya berada bibir pantai pasir putih yang sangat indah dan menawan. Karena keindahannya pantai tersebut, menjadi salah satu destinasi pariwisata di Propinsi Maluku. Dirinya selalu berdalih, hampir seluruh masa kecilnya dihabiskan dipantai indah nan eksotis itu.
“ Objek wisata itu bernama, Pantai Waihenaia tidak jauh dari tempat kami bermukim, “ ujar Rusly si anak pantai. Iapun menjelaskan, yang menjadi daya tarik utama adalah, sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah hamparan pasir putih yang luas dan sangat mengagumkan, sehingga tidak salah jika banyak para turis mancanegara yang mau berdatangan untuk menikmati keindahan alam di kawasan timur Indonesia.
Untuk menuju ke daerah tersebut, dari jika dari Saparua ke Kota Ambon satu-satunya akses ke Dusun Waihenaia adalah dengan menggunakan kapal laut kayu yang bernama Los Angel 1, dan Los Angel 2 dengan Pelabuhan Haria Di Kecamatan Saparua sebagai tempat tujuan dan Pelabuhan Hurnana di Tulehu di Kota Ambon sebagai tempat berlabuh.
Sejenak kita melupakan pantai indah nan eksotis itu, pada Tahun 1986  dirinya pun didaftarkan oleh Ayahanda La Ali, pada Sekolah Dasar Negri 2 Saparua. Ia mengaku bahagia karena akan segera menjalani masa pendidikan dasar seperti anak-anak lainya.
 Jarak antara Desa Waihenaia dengan sekolahnya kurang lebih 2 Km, oleh sebab itu, jika tidak ingin terlambat maka dapat dipastikan, sejak dari subuh hari, ia harus sudah bersiap-siap menuju sekolah, agar tepat waktu sampai pada jam pelajaran pertama.
Dahulu, tepat didepan SDN 2 Saparua terdapat sebuah lapangan yang biasa digunakan warga setempat, untuk menggelar pertandingan bola antar kampung dan pertandingan tinju amatir antar kampung. Dalam hal ini, sang legenda tinju dunia, Elias Pikal lahir dari lapangan tersebut. Siapa sangka, seorang warga dari Dusun Waihenaia, mampu memperoleh gelar juara tinju dunia, yang  lahir dari sebuah kompetisi amatir dan mampu Berjaya di level nasional dan bahkan internasional.
Jika dilihat dari segi jenjang pendidikan Rusly kecil sangatlah berbeda dengan kawan sebayanya. Karena, dirinya mengaku tidak sempat mengenyam bangku taman kanak-kanak sehingga perlu waktu yang lama agar ia mampu sejajar dengan kawan sebayanya. Namun hebatnya adalah hal tersebut bukanlah suatu halangan karena seiring waktu berjalan, kesungguhanlah yang akan mampu menjawab semuanya.
Tidak jarang ia selalu mendapatkan hukuman karena kurang memahami dengan jelas setiap huruf dan angka yang diperkenalkan. Akibatnya, ia selalu terlambat pulang karena tidak menguasai huruf huruf tersebut, maka selalunya ia ditinggalkan oleh kawan sebayanya dan pulang bersama-sama siswa kelas III dan kelas IV, “kami kelas I biasanya dikasih Dikte atau istilah lamanya itu Imala, itulah yang paling menyiksaku “ kenangnya dengan senyuman. Walaupun demikian ia sangat bersyukur karena para akhirnya ia dapat naik kelas ke kelas II.
Ketika di kelas II Sekolah Dasar, ia dididik oleh Gurunya yang bernama Ibu Marhaban dan duduk didepan bersama kawan sebangkunya yang bernama Fani Patiwael seorang warga keturunan Tiongkok yang juga tercatat sebagai  siswa berprestasi di kelasknya. Masih sama seperti masa di kelas I, ia pun selalu mendapatkan kesulitan dalam menggabungkan huruf huruf, lagi lagi ia harus menikmati hukuman dari guru pembimbing dengan tidak boleh pulang sebelum mengetahui dengan jelas deretan huruf dan angka tersebut, namun berita baiknya, kali ini bukan cuman ia sendiri yang dihukum melainkan bersama beberapa orang kawan sebayanya.
Akhrinya tepat di kelas III Sekolah Dasar, iapun sudah mampu menggabungkan huruf huruf yang dieja hingga menjadi sebuah kata per kata yang pada akhirnya berbuah manis karena ia sudah tidak lagi memperoleh hukuman seperti waktu duduk di kelas I dan II.  Kemudian ada masa duduk bangku kelas IV Sekolah Dasar akhirnya ia telah mampu membaca kalimat secarah utuh dam mulai memiliki minat membaca yang sangat bagus.
Saat duduk di bangku kelas IV itulah, ia mulai sadar akan pentingnya sebuah prestasi. Iapun berusaha dengan  kesungguhan dan totalitas lalu bersegera ingin mengubah dirinya kearah yang lebih baik lagi. Sehingga dengan motivasi tersebut, ia lalu membeli sebuah buku pintar sebagai bahan untuk materi cerdas cermat. Motivasi yang sangat luar biasa yang mampu menguatkan dirinya sehingga ia mampu meraih juara harapan di kelasnya.
Ketika duduk di Kelas V Sekolah Dasar, pelajaran yang sangat disukai nya adalah mata pelajaran Agama dan Pendidikan Pancasila, saking sukanya pada kedua mata pelajaran tersebut, iapun mampu dengan cepat menghafal beberapa surat-surat pendek yang ada di dalam Al Qur’anulkarim dan butir butir pancasila serta Undang Undang Dasar 1945. Kesungguhan adalah kata kunci dari apa yang telah diperolehnya.
Namun satu-satunya mata pelajaran yang mampu membuka minatnya untuk menggeluti bidang kajian social adalah sejarah. Bahkan ketika dikelas VI, dirinya berhasil meraih juara III  kelas dan lulus ujian nasional di dengan predikat sangat memuaskan. Itulah sekelumit kisah ketika saudara Ral mengenyam bangku pendidika dasar di Saparua.