Kamis, 21 Mei 2015

Nafa'a di Tanah Lasalimu

Di Kediamannya Amrun (Baju Bergaris)
Rasa haru tiba-tiba menyelimuti diriku, takkala aku mendengarkan kisah perjuangan seseorang yang aku sebut sagatlah hebat, karena hanya dengan berbekal sifat jujur dan ikhlas, ia  mampu bertahan dan bahkan mampu memberi manfaat bagi orang-orang didekatnya. Dia adalah Amrun, S.Sos sang nahkoda dari Yayasan Pendidikan Darunnajwa Wazziadah.

Ia mulai berangkat dari kampung halamnya di Lombok Nusa Teggara Barat menuju ke Pulau Buton dengan berbekal uang saku dari hasil menganyam topi tradisional. Saat itu, uang disaku miliknya hanya berjumlah 150 ribu rupiah. Kemudian ia bertekad didaerah manapun jika harga tiketnya 150 ribu disituah ia akan berhenti untuk kembali meanjutkan kehidupan. Oleh karenanya dengan uang tersebut tujuan tiketnya haya sampai di pelabuhan murhum Kota Baubau.

Kehidupan itu, akhirnya di mulai dari Kota Baubau, Propinsi Sulawesi Tenggara. Jujur kawan, saya sangat kagum dengan kesungguhnya. Kerja keras serta  motivasinya untuk berusaha menjadi yang terbaik adalah point peting dalam penggalan uraian yang kisahnya saat itu.

Pagi Di Lasalimu Pantai
Air mata yang mengalir pun menjadi gambaran kepahitan yang teramat dalam hingga akhirnya harus ditelan mentah-mentah. Kawan, kehidupan yang dijalaninya sangatlah rumit mulai dari menjadi anak tinggal hingga selalu meminta bantuan dari kawan-kawan dikampus. Ingin rasanya kucungkil satu persatu kisah dari dalam hatinya namun apalah dayaku kawan, saya harus menyelesaikan sebuah riset tentang sekolah yang dibangunnya dalam rangka study film dokumenter di Eagle Award Metro TV.

Saya pun kembali tersadar kawan, apa yang terjadi ini adalah bagian dari skenario Nya untuk bagaimana caranya agar saya memetik hikmah dari sebuah pelajaran kehupan yang teah dilaluinya. Namun saya mengambil sebuah hikmah dari semua rangkaian kehidupan ini adalah agar supaya saya senantiasa menjadi manusia yang jujur dan ikhlas dalam melakukan segala hal di dunia ini demi mendapatkan perhatian dari Allah dan sesama manusia.

Beberapa hari yang lalu, saya sempat mengunjungi kediamannya di Desa Lasalimu, Kecamatan Lasalimu Selatan, Kab. Buton, Suatu kebetulan kawan, istrinya adalah teman seangkatan waktu di aku duduk bangku SMK. Luar biasa kawan, perasaanku saat itu, merasa menemukan keluarga baru setelah kurang lebih 13 tahu berpisah. 

Hebatnya lagi, saya pernah terlibat di satu media BUTON RAYA NEWS saat di Kota Baubau. Sungguh semua diluar dugaan ku kawan, ternyata hikmah dibalik semua kisah itu adaah, Allah SWT mampu mempertemukan kami semua dengan begitu mudahnya, yang unik dari kisah ini adalah saya tidak pernah berpikir dan membayangkan sebelumnya, jika suatu saat nanti akan bertemu kembali dengan kawan seangkatan waktu SMK dan teman satu media di BRN.

Wa Pe'u
Sungguh terasa indah kawan, ternyata orang-orangyang mampu mengispirasi ini adalah orang-orang yang pernah dekat dengan kehidupan yang pernah saya jalani. Tanpa sadar pelan tapi pasti aku telah kembali merogoh lembaran demi lembaran kisah perjalanan masa lalu.

Kawan, kisah ini kutulis dalam halaman blog ini sebagai tanda bahwa saya sangat kagum dengan kehidpan kawanku itu, ini juga sekaigus manjadi apresiasi dan pengakuan bahwa  apapun yang terjadi semua atas kehendakNya dan saya telah membuktikan hal tersebut.

Bukan suatu kebetulan bahwa setelah beberapa tahun lamanya kami semua dipertemukan kembali tanpa disengaja, dan itulah yang membuat saya merasa sangat suprise karenanya.
Kini Amrun berserta keluarganya dan dibantu oleh 6 orang staf pengajar, mengembangkan sebuah lembaga pedidikan yang diberi nama Madrasah Ibtidaian Swarta Nafi'u yang asal katanya dari Nafa'a (Pemberi Manfaat) di Pedalaman Wa Pe'u

Wassalam,