Senin, 05 Mei 2014

Mahfud, JK, Rhoma, dan Muhaimin Iskandar

Para Calon Pemimpin  Bangsa
Pergolakan politik pemilihan presiden tahun 2014 kini sedang bergulir, seluruh kandidat calon presiden negri ini saling meraba dengan gayanya masing-masing ada yang katanya pake gaya blusukan, ada yang katanya pake gaya pencitraan, kemudian ada yang katanya pake gaya ketokohan, dan berbagai macam macam gaya yang dihadirkan dipanggung pilpres kali ini.

Namun jika saya melihat, gaya yang sangat fenomenal akhir-akhir yang lakoni oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melalui ketua umumnya Muhaimin Iskandar. Menurut saya dirinya adalah pria yang  sangat cerdas, dirinya sangat mumpuni dalam memainkan peran demi mendongkrak elektabilitas partai itu. Hingga akhirnya 3 tokoh besar dari kalangan yang berbeda turut diseret dalam proses mendongkrak popularitas partai itu.

Kita semua tahu Mahfud md adalah praktisi hukum sekaligus mantan ketua Mahkaman Konsitusi yang telah mumpuni soal hukum dan lain sebagainya. Sementara itu ada Muh. Jusuf Kalla mantan wakil presiden yang juga praktisi politik serta ketua Palang Merah Indonesia yang sangat ahli dalam mengelola pemerintah. Kemudian ada Rhoma Irama seorang praktisi seni dalam hal ini seniman musik dangdut yang telah mumpuni lewat nada dan dakhwah. Mereka itu, semua adalah tokoh nasional yang memilikii ciri khas serta elektabilitasnya masing-masing.

Jika kita melihat secara detil ketiga tokoh ini memiliki efek masing-masing dalam rangka upaya mendongkrak elektabiltas partai ini. Contohnya Mahfud Md memiliki kedekatan dengan organisasi Nahdatul Ulama dan organisasi lainya secara otomatis dapat dikatakan yang mendongkrak elektabilitas PKB adalah Mahfud effek. Disamping itu pula ada Muh Jusuf Kalla tokoh nasional ini sangat dicintai dikalangan masyarakat indonesia timur dalam hal ini sulawesi jadi boleh dibilang juga suara PKB juga didorong oleh JK effek. Kemudian yang santer terdengar adalah Rhoma effek yang telah mendongkrak elektabilitas PKB. Namun itulah realita wujud dari kecerdasan Cak ImIn, sang nahkoda PKB.

Kemudian yang perlu dicatat adalah, ketiga tokoh ini memiliki potensi yang sama didalam PKB yakni direkomendasikan sebagai bakal calon presiden dari PKB. Yang jadi persoalan kemudian adalah perolehan suara pada pemilu legislatif bulan april lalu tidak memungkinkan bagi PKB untuk mengusung calon presiden sendiri selain harus koalisi bersama partai lainya. Oleh karena itu, menurut kaca mata saya yang diuntungkan dari fakta ini adalah Cak Imin sendiri sebagai pimpinan PKB yang berimbas pada peningkatan suara yang sangat signifikan.

Dimedia sosial sudah santer terdengar melalui kelompok yang menamakan dirinya “pro Jokowi” (projo), seperti yang dilansir oleh kompas pada 13/4 lalu melalui koordinator pjojo Budi Arie yang juga mantan kedua DPD PDIP DKI Jakarta. menurut dia pengalaman Muhaimin Iskandar mampu membuat ia bersanding dengan Joko Widodo sebagai Cawapres. Itulah realitanya kawan, sedetikpun bisa akan berubah, hari ini boleh saja Mahfud Md, besok boleh saja JK, dan Lusa boleh saja Rhoma tetapi besok lusa boleh jadi Muhaimin Iskandar.

Apapun diperlihatkan oleh PKB saat ini dengan Pilpres sebagai batu loncatannya, harapan saya semoga hal tersebut menjadi bagian dari skenario dalam rangka menjadikan bangsa ini terbebas dari kemiskinan, pengangguran dan kebodohan. seperti apa  yang telah diamanatkan oleh para pendiri bangsa ini sebagaimana yang tercantum di dalam pancasila dan undang-undang dasar 1945. Itu semua akan menjadi rancu jika hanya dijadikan sebagai boneka peradaban yang ujung-ujungnya demi melanggengkan kekuasaan.

Wassalam