Siswa Kelas I |
Dikota
Baubau ia melanjutkan study di Universitas Dayanu Ikhsanuddin jurusan
Administrasi Negara dan tinggal dikediamannya Pak Aziz yang juga pengurus
masjid raya Kota Baubau. Dirinya mengaku bahwa Pak Azis merupakan salah satu
inspirator didalam kehidupannnya, satu hal yang tidak pernah ia lupakan dari
pak Azis adalah tekadnya yang kuat pada saat merehabilitasi masjid raya Kota
Baubau, “ ketika itu beliau beliau berkata, kalau ada uang kita membangun
jangankan kita biar anak sd bisa membangun, yang jadi persoalan sesungguhnya
aadalah bagaimana kita membangun sesuatu dari
tidak ada menjadi ada itulah prestasi, maka itulah yag menajdi inspiraasi saya dalam
mewujudkan pembangunan MIS Nafi’u dari tidak ada menjadi ada dan alhamdulilah
Allah SWT memudahkan semuanya, “ katanya.
Siswa Kelas II |
Saat
ini Amrun tinggal bersama istri dan 4 orang anaknya di Desa Lasalimu, Kecamatan
Lasalimu Selatan, kabupaten Buton, ia juga tercatat sebagai guru honorer di MTS
Lasalimu, alur kehidupan yang dijalani sungguh penuh dengan perjuangan, yakni
kewajiban menafkahi keluarga serta tantangan untuk membangun sebuah madrasah di
pedalaman Wa Pe’u. Sebagai guru honor penghasilan yang diperoleh Amrun tidaklah
seberapa ketika itu, ia harus berhadapan dengan bagaimana sulitnya membagi
penghasilan antara memenuhi kebutuhan keluarga dan kebutuhan sekolah, “tetapi
alhamdulilah semua dapat dilalui dengan baik berkat rezeki dari Allah SWT, “
ujarnya.
Dalam
upaya menghadirkan Mis Nafi’u dari tidak ada menjadi ada, bukanlah hal yang
mudah. Karena dirinya harus berhadapan dengan cibiran dan hinaan dari masyrakat
setempat yang sangat menguras emosi. “ Dulu banyak orang yang mengatakan bahwa
madrasah kami ini ilegal, sehingga orang tua salah seorang guru saat itu
menangis karena tidak sanggup menahan tekanan dari luar, “ ujarnya sambil
menambahkan dengan hinaan dan cibiran tersebut diriya menjadi semakin
termotivasasi untuk memperkuat tegagaknya tiang penyangga Mis Nafi’u.
Siswa Kelas III |
“Seandainya
orang itu memberikan saya uang lalu disuruh membuat sekolah, itu merupakan
beban moral yang sangat luar biasa karena saya malu kalau apa yang menjadi
harapannya itu tidak kesampaian tetapi jika dihina dan tidak diberi apa-apa
itulah yang membuat saya semakin meningkatkan kekuatan demi mewujudkan madrasah
ini, “ Kenang Amrun yang juga telah mengambil akta IV agar dapat menjadi guru
lalu mengajar. Kemudian lanjut ia, mengatakan “ sesungguhnya orang-orang di
pedalaman Wa Peu orangnya cerdas-cerdas karena rata-tara yang selalu berprestasi di MIN 1 Buton itu,
rata-rata dari sana, “ Ujarnya.
Siswa Kela V |
Dirinyapun
harus merasakan pertentangan batin yang sangat luar biasa, karena semua yang
terjadi pada saat itu sangatlah menguras pemikiran dan emosi dihatinya. Hanyalah
kesabaran, keikhlasan dan kejujuran lah yang menjadi tameng dalam menghadapi
segala macam tantangan, sembari tetap berdoa dan berusaha demi mengharap ridho
dari Allah SWT sehingga kiranya, dirinya dapat diberi kemudahan dalam rangka
mewujudkan cita-cita mulia bahwa mereka harus mampu keluar dari kemiskinan dan
kebodohan agar dapat bermanfaat bagi sesama.
BErsambung....
BErsambung....