SEJAK kecil
Rusly telah memiliki jiwa seorang Wirausaha, karena telah berani mengambil
keputusan dan komitment untuk meringankan biaya hidup keluarganya. Semua yang
diperoleh dari memanfaatkan hasil tanaman jangka panjang, ia gunakan dengan sebaik
baiknya untuk meringankan beban hidup seluruh anggota keluarganya. Sungguh
sangat ironis, ketika seorang anak kecil yang seyogyanya dapat bermain bersama
kawan sebayanya, kini harus memikul beban untuk membatu keluarga sekaligus membiayai
sekolahnya sendiri, inilah yang disebut perjuangan tanpa pamrin.
Berhubung
dirumah mereka tidak ada pesawat televisi, akhirnya ia terpaksa menonton acara televisi
dirumah tetangganya. Satu-satunya rumah yang memiliki pesawat televisi adalah orang
siri sori islam yang juga tuan tanah Di Dusun Waihenaia tempat diamana ia
bermukim, yang bernama Asis Patisausiwa.
Hobinya yang
suka nonton siaran televisi, membuat Rusly kecil selalu lupa dan bahkan suatu
ketika ia sedang asik–asiknya nonton, tidak jarang ia selalu tertidur dengan
lelapnya, ketika ia dibagunkan, spontan ia akan marah tidak jelas itulah
sekelumit lelucon masa kecil yang akan membuat dirinya selalu tersenyum jika
mengingatnya.
Diatas lahan
milik Asis Patisausiwa, sejak kakek Rusly yang bernama La Tanda masih hidup, Oleh
pemilik tanah, diberi kepercayaan penuh untuk tinggal dan menanam aneka macam
tanaman jangka panjang, seperti kelapa, jambu, palah dan cengkeh.
Kesuburan tanah
Dusun Waihenaia, membuat seluruh tananman, tumbuh dan berkembang dengan baik,
dan hingga saat ini telah banyak yang menikamti hasil dari jerih payah almarhum
kakek tercinta, semoga menjadi amal jariah bagi beliau amin. Seperti halnya
kelapa, cengkeh, palah, kenari, manga, kedondong, gandaria dll sudah dapat
dinikmati bahkan dapat dijual dan dijadikan uang untuk memenuhhi kebutuhan
hidup.
Biasanya ketika
pulang sekolah, saking hausnya Rusly kecil, selalu berusaha memanjat pohon
kelapa dekat rumahnya. Uniknya pada saat berusaha memanjat pohon, ia selalu
berhasil namun ketika turun ia kadang-kadang mengalami kesulitan karena pohon
yang dinaiki kurang lebih 8 meter panjangannya,
“ karena saya
terlalu haus, saya akhirnya berusaha panjat pohon kelapa walaupun dasarnya saya
tidak pandai panjat pohon kelapa, akibatnya pada saat itu saya luka,”
kenangnya.
Saat musim
cengkeh tiba, ia bersama kawan sebayanya selalu tidak mau ketinggalan untuk memanen
hasil pohon cengkeh yang berlimpah ruah. Itulah masa dimana kegiatan Rusly
kecil bersama kawan sebayanya bertambah yakni saat pulang sekolah, ia tidak
lupa singgah untuk sekedar memetik buah cengkeh di halaman dekat rumahnya.
Begitupula saat
musim pala dan kelapa, hasil panen tersebut dimanfaatkan untuk menopang
kehidupan keluarganya. Ia pun berusaha mengumpulkan recehan demi recehan untuk
menambah pundi-pundi tabungan miliknya.
Ketika itu harga
kelapa tua Rp 50,- per biji, harga yang terbilang cukup murah jika dibandingkan
dengan nilai mata uang rupiah saat ini, ketika buah kelapa yang dikumpulkan pun
sudah banyak, kemudian ia jual untuk dijadikan uang tambahan untuk keluarga
dirumah.
Harga cengkeh
kering pada saat itu berkisar Rp 1.000 hingga Rp 10.000, iapun dengan rajinnya berusaha
mengumpulkan buah cengkeh hingga berkarun-karung. Rencananya hasil dari
penjualan cengkeh kering itu, ia akan membelikannya sepeda, namun keinginan
orang tuanya memiliki televisi, terpaksa, tabungan tersebut harus dibelikan
Televisi yang pada akhirnya iapun tidak pernah lagi menumpang nonton acara
televise dirumah tetangga.
Memiliki Televisi
dirumah dirasa belum cukup nikmat, karena saat itu di Dusun Waihenaia, belum
memiliki fasilitas PLN, sehingga tenaga AKI menjadi solusi utama untuk menikmati
hiburan televise dirumah, “ fasilitas listik hanya berada di wilayah kecamatan,
jadi kalau tegangan AKI habis, harus segera di cash di Kantor Kecamatan” ujar
Rusly.
Ditambah lagi,
letak Dusun Waihenaia berada di dataran rendah, maka untuk mendapatkan siaran televisi,
harus menggunakan antena analog manual dan harus di pasang setinggi mungkin
agar mendapatkan siaran. Karena tiang pemancar TVRI dari ibukota kabupaten sangatlah
jauh dari Dusun Waihenaia, ia pun berdalih untuk mendapatkan siaran TV ia harus
menyetel tinggi tinggi pemancar antenna tersebut dan ia mengakui bahwa pengalaman
yang sangat menarik adalah ketika nonton gelar tinju dunia Elias Pikal dirumah
sendiri dengan TV analog berantena.
***
Rusly kecil
sontak dibuat tersenyum ketika ia teringat pada saat rambut ikalnya mulai
memadati kepalanya, maka sang ibundalah yang selalu mencukur kemudian merapikan
rambutnya. Ia pun berkata belayan hangat tangan lembut sang ibunda, mampu
membuat dirinya kagum dan sangat bangga memiliki sosok ibu sangat penyayang.
Walau sebagian orang merasa aneh dicukur oleh ibu, namun bagi ia itulah karya luar
biasa yang dibingkai dalam kisah kasih sayang dari ibunda tercinta.
Tak pernah
terlintas di benak Rusly kecil bahwa kebahagiaan semasa kecilnya mampu membuat
dirinya selalu tersenyum ketika melihat ulah anak-anaknya yang sama persis
ketika dirinya kecil, sungguh sangat mengagumkan dan indah sekali membayangkan
semua yang telah terjadi.
Sungguh ia pun
mengakui bahwa telalu banyak nikmat yang diberikkan oleh Allah SWT bagi
hamba-hambanya, sehingga kesyukuran atas segala nikmat tersebut mampu membuat
ia tersadar bahwa hidup ini sudah ada yang mengendalikan yakni Allah Azza
Wajallah (Tuhan Semesta Alam).