RUSLY, S.Mn Terlahir
dari keluarga sederna, anak dari seorang juragan kapal motor di Dusun
Waihenaia, Desa Sirisorisarani, Kecamatan Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi
Maluku pada tanggal 28 Juli 1978. Pria yang akrab di sapa RAL, memiliki 6 orang
bersaudara yakni Ramli, Rusly, Erna, Lisna, Rahmat dan satu lagi telah
meninggal dunia.
Mari Selalu SETIA-KAWAN-SOLID
Selalu merupakan salah satu motto Saudara RAL (Rusly Alitanda La Marae) putra
Al-Buthuuniyah, anak dari pasangan suami dan istri, La Ali Buton Wakatobi dan
Wa Ratna Buton. Tanpa menggengal lelah dirinya selalu berusaha menjadikan moto
tersebut sebagai motivasi hidup demi mengeksplor seluruh bakat dan potensi diri
serta memaksimalkan kemampuan yang dimiliki.
Namun, Rusly
kecil dahulu juga dijuluki sebagai anak pantai karena tempat kelahirannya
berada bibir pantai pasir putih yang sangat indah dan menawan. Karena
keindahannya pantai tersebut, menjadi salah satu destinasi pariwisata di
Propinsi Maluku. Dirinya selalu berdalih, hampir seluruh masa kecilnya
dihabiskan dipantai indah nan eksotis itu.
“ Objek wisata
itu bernama, Pantai Waihenaia tidak jauh dari tempat kami bermukim, “ ujar
Rusly si anak pantai. Iapun menjelaskan, yang menjadi daya tarik utama adalah, sejauh
mata memandang yang terlihat hanyalah hamparan pasir putih yang luas dan sangat
mengagumkan, sehingga tidak salah jika banyak para turis mancanegara yang mau berdatangan
untuk menikmati keindahan alam di kawasan timur Indonesia.
Untuk menuju ke
daerah tersebut, dari jika dari Saparua ke Kota Ambon satu-satunya akses ke Dusun
Waihenaia adalah dengan menggunakan kapal laut kayu yang bernama Los Angel 1,
dan Los Angel 2 dengan Pelabuhan Haria Di Kecamatan Saparua sebagai tempat
tujuan dan Pelabuhan Hurnana di Tulehu di Kota Ambon sebagai tempat berlabuh.
Sejenak kita
melupakan pantai indah nan eksotis itu, pada Tahun 1986 dirinya pun didaftarkan oleh Ayahanda La Ali,
pada Sekolah Dasar Negri 2 Saparua. Ia mengaku bahagia karena akan segera menjalani
masa pendidikan dasar seperti anak-anak lainya.
Jarak antara Desa Waihenaia dengan sekolahnya kurang
lebih 2 Km, oleh sebab itu, jika tidak ingin terlambat maka dapat dipastikan,
sejak dari subuh hari, ia harus sudah bersiap-siap menuju sekolah, agar tepat
waktu sampai pada jam pelajaran pertama.
Dahulu, tepat
didepan SDN 2 Saparua terdapat sebuah lapangan yang biasa digunakan warga setempat,
untuk menggelar pertandingan bola antar kampung dan pertandingan tinju amatir
antar kampung. Dalam hal ini, sang legenda tinju dunia, Elias Pikal lahir dari
lapangan tersebut. Siapa sangka, seorang warga dari Dusun Waihenaia, mampu
memperoleh gelar juara tinju dunia, yang
lahir dari sebuah kompetisi amatir dan mampu Berjaya di level nasional
dan bahkan internasional.
Jika dilihat
dari segi jenjang pendidikan Rusly kecil sangatlah berbeda dengan kawan
sebayanya. Karena, dirinya mengaku tidak sempat mengenyam bangku taman
kanak-kanak sehingga perlu waktu yang lama agar ia mampu sejajar dengan kawan
sebayanya. Namun hebatnya adalah hal tersebut bukanlah suatu halangan karena seiring
waktu berjalan, kesungguhanlah yang akan mampu menjawab semuanya.
Tidak jarang ia
selalu mendapatkan hukuman karena kurang memahami dengan jelas setiap huruf dan
angka yang diperkenalkan. Akibatnya, ia selalu terlambat pulang karena tidak
menguasai huruf huruf tersebut, maka selalunya ia ditinggalkan oleh kawan
sebayanya dan pulang bersama-sama siswa kelas III dan kelas IV, “kami kelas I
biasanya dikasih Dikte atau istilah lamanya itu Imala, itulah yang paling
menyiksaku “ kenangnya dengan senyuman. Walaupun demikian ia sangat bersyukur
karena para akhirnya ia dapat naik kelas ke kelas II.
Ketika di kelas
II Sekolah Dasar, ia dididik oleh Gurunya yang bernama Ibu Marhaban dan duduk
didepan bersama kawan sebangkunya yang bernama Fani Patiwael seorang warga
keturunan Tiongkok yang juga tercatat sebagai
siswa berprestasi di kelasknya. Masih sama seperti masa di kelas I, ia
pun selalu mendapatkan kesulitan dalam menggabungkan huruf huruf, lagi lagi ia
harus menikmati hukuman dari guru pembimbing dengan tidak boleh pulang sebelum
mengetahui dengan jelas deretan huruf dan angka tersebut, namun berita baiknya,
kali ini bukan cuman ia sendiri yang dihukum melainkan bersama beberapa orang
kawan sebayanya.
Akhrinya tepat di
kelas III Sekolah Dasar, iapun sudah mampu menggabungkan huruf huruf yang dieja
hingga menjadi sebuah kata per kata yang pada akhirnya berbuah manis karena ia
sudah tidak lagi memperoleh hukuman seperti waktu duduk di kelas I dan II. Kemudian ada masa duduk bangku kelas IV
Sekolah Dasar akhirnya ia telah mampu membaca kalimat secarah utuh dam mulai
memiliki minat membaca yang sangat bagus.
Saat duduk di
bangku kelas IV itulah, ia mulai sadar akan pentingnya sebuah prestasi. Iapun
berusaha dengan kesungguhan dan totalitas
lalu bersegera ingin mengubah dirinya kearah yang lebih baik lagi. Sehingga
dengan motivasi tersebut, ia lalu membeli sebuah buku pintar sebagai bahan
untuk materi cerdas cermat. Motivasi yang sangat luar biasa yang mampu
menguatkan dirinya sehingga ia mampu meraih juara harapan di kelasnya.
Ketika duduk di
Kelas V Sekolah Dasar, pelajaran yang sangat disukai nya adalah mata pelajaran
Agama dan Pendidikan Pancasila, saking sukanya pada kedua mata pelajaran
tersebut, iapun mampu dengan cepat menghafal beberapa surat-surat pendek yang
ada di dalam Al Qur’anulkarim dan butir butir pancasila serta Undang Undang
Dasar 1945. Kesungguhan adalah kata kunci dari apa yang telah diperolehnya.
Namun
satu-satunya mata pelajaran yang mampu membuka minatnya untuk menggeluti bidang
kajian social adalah sejarah. Bahkan ketika dikelas VI, dirinya berhasil meraih
juara III kelas dan lulus ujian nasional
di dengan predikat sangat memuaskan. Itulah sekelumit kisah ketika saudara Ral
mengenyam bangku pendidika dasar di Saparua.