Tudung Saji Panamba |
Saat
ini, seiring dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, membuat pertumbuhan
ekonomi dunia harus selalu mengandalkan kreatifitas dalam menopang tubuh
kembangnya system ekomoni di suatu negara. Dalam hal ini, pulau Buton salah
satu daerah yang berada diwilayah Indonesia tengah ini, boleh dibilang sejak Indonesia
belum merdeka, pemanfaatan daya kreasi, keterampilan dan bakat dalam
menciptakan sebuah kesejahteraan ekonomi dan kesempatan kerja baru telah lama dipraktekan sejak zaman kejayaan Kesultanan Buton
pada abad ke 14.
Dari
zaman ke zaman dan dari masa ke masa, sejak terbentuknya kerajaan Buton kemudian
berubah menjadi Kesultanan Buton dan sampai saat ini, ada banyak warisan budaya
peninggalan zaman kesultanan buton berupa kerajinan yang masih eksis dan bertahan
hingga masa sekarang. Kerajinan tersebut diantaranya kain tenunan khas pulau
buton dan tudung saji tradisional “panamba” (sebuah kerajinan berbahan dasar daun
kelapa mati kemudian dibentuk menjadi tudung saji yang sangat cantik).
Untuk
tenunan khas Pulau Buton sendiri memiliki nama-nama tersendiri dan motif antara
pria dan wanita memiliki ciri khas tersendiri. Sekarang ini yang masih
mempertahankan kerajinan kain tenun buton adalah ibu Wa Ode Zamra Ketua
kelompok usaha bersama LA KEBA (pengrajin tradisional tenun buton) di Kelurahan
Sulaa Kecamatan Betoambari Kota Baubau. Namun dirinya mengakui sulitnya
memasarkan produk kerajinan membuat dirinya menjadi malas untuk meningkatkan produksi
kain tenunnya, kareana hanya bergantung pada jumlah pemesan.
Wa Ode Zamna Pengrajin Kain Tenun Khas Pulau Buton |
“Kalau
dulu ada banyak yang memesan kain tenun, khususnya dekranas kabupaten buton,
tapi sekarang ini sudah tidak ada lagi pemesanan, saya juga kurang tau apa yang
menyebabkan begitu ” kata Wa ode Zamrah. Selain menjadi ketua kelompok usaha
bersama ibu Wa Ode Zamra juga merupakan pewaris dari keahlian menenun yang
turun dari orang tuanya, “ Orang tua, dan nenek saya juga pandai nemenun, sejak
masih remaja saya juga diajarkan menenun oleh orang tua saya, “ imbuhnya.
Memasuki
usia 51 tahun, Wa Ode Zamrah mengaku akan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk
selalu melestarikan warisan budaya leluhur dengan selalau mengajarkan bagaimana
cara menenun yang baik dan benar kepada seluruh generasi muda khususnya para
wanita yang ada kelurahan sulaa, “ Saya sangat bangga pada leluhur saya di
buton karena mereka telah memberikan warisan yang sangat luar biasa yakni kain
tenunan khas buton,” imbuhnya
Untuk
belajar membuat kain tenun buton merekrut para wanita remaja disekitar rumahnya,
dan kemudian diajarkan teknik dan cara pembuatan kain tenun khas Pulau Buton
itu. Adapun proses pengelohan kain tenun buton itu sendiri mulai dari persiapan
yang disebut dengan panguri dan kemudian proses yang disebut dengan panguri.
Adapun
motif tenunan buton yang dihasilkan sangat berfariasi Mulai dari Katambagawu,
Katamba ijo, Baralu, Kamba mpuu, Kambana batari, bancana kaluku, Ntim jawa,
Manggopa, Kambana wola, ontolu hole, tuwuna owi, luwuna uwe, kambana hoenu, dan
terakhir motif Kambana tangkurera.
Dari
sekian motif warna yang dihasilkan penyebutannya disesuaikan dengan penngamatan
alam dengan mengunakan nama-nama daerah dari beberapa jenis tumbuhan yang ada
di Pulau Buton. Kemudian kelompok pengrajin tenun ini terdiri dari beberapa
anggota, dan hampir rata-rata berusia lanjut. Untuk tidak menghilangkan kebudayaan kerajinan tenunan Buton ini, kelompok
usaha bersama tenunan tradisional Buton tersebut berusaha untuk selalu
memproduksi kain ternun walau sedang sepi parasaran.
Saliya. Pengrajin Tudung Saji Tradisional Panamba |
Kemudian
kerajinan berikutnya yang tidak kalah menariknya adalah pengrajin tedung saji tradisional
“Panamba” yang berada di Kelurahan Melai Kecamatan Murhum Kota Baubau. Kerajinan
tudung saji tradisional panamba ini biasanya digunakan oleh masyarakat buton
sebagai penutup talang pada acara-acara budaya seperti Pekakande-kandea.
Pembuatan kerajinan tudung saji tradisional panamba, tersebut berbahan dasar
dari daun kepala tua kemudian dirajut hingga menghasilkan hasil karya yang
sangat indah sekali.
Dalam
hal ini Ibu Saliya adalah salah seorang yang hingga saat ini masih melestarian
warisan budaya leluhur tersebut yakni kerajinan tudung saji tradisional "Panamba".
Menurut pengakuannya dirinyaa telah menekuni pembuatan kerajinan tudung saji
tradisional pananba ini sejak masih remaja. Untuk sekedar di ketahui dari usaha
kerajinannya tersebut, dirinya telah berhasil membiayai kebutuhan keluarganya
dan menyelesaikan sekolah seluruh anak-anaknya
***.
Untuk
itu para pengrajin tradisional yang ada
di Pulau Buton, menjadikan produk kerajinan tersebut sebagai faktor utama dalam
menopang kehidupan ekonomi mereka. Jumlah pemesanan yang boleh dibilang sangat sedikit
membuat para pengrajin tradisional ini menjadi malas untuk menghasilkan produk
kerajinan tersebut, disamping itu pula omzet yang tidak terlalu besar tersebut membuat
mereka terpaksa mengharap pendanaan dari pemerintah, yang kesemuanya itu
menjadi hampa akibat ulah oknum yang tidak bertanggung jawab, " saya sudah
malasmi ke kantor kelurahan, apa yang di sampaikan selalu tidak sesuai "
ujar Samna pengrajin tudung saji tradisional panamba yang merasa kesal kepada
pemerintah.
Disamping
itu pula, jika pemerintah dapat memberikan perhatian khusus pada perkembangan
pengrajin tradisional ini, tentuntunya bukanlah hal yang mustahil jika sektor
kerajinan tradisional akan mampu memberikan kontribusi positif terhadap
pembangunan ekonomi masyarakat yakni berupa terbukanya kesempatan kerja bagi
masyarakat sekitar yang belum memiliki pekerjaan.
Kain Tenunan Buton |
Unuk
itu, pada kesempatan ini kami mencoba mengidentifikasi kendala apa saja yang
dialami oleh pengrajin tradisional ini, yakni diantaranya :
- Para pengrajin tradisional tersebut masih merasa kesulitan dalam memasarkan produk hasil kerajinannya
- Belum terbangunnya jaringan distribusi produk hasil kerajinannya dengan baik
- Rendahnya jumlah pemesanan membuat pengrajin tradisional malas dalam bekerja
- Kurangnya pendanaan (modal usaha) untuk mengembangkan usaha kerajinannya.
Terakhir,
harapan dan cita-cita kami berdua selalu terbesik di dalam hati, hingga
akhirnya impian dan cita-cita ini akan mampu menjadi kenyataan. Dimana impian
kami yang terdalam yakni ingin mempersembahkan Kisah Kerajinan Tradisional Pulau
Buton ini, dalam rangkaian ivent Eagle Award tahun 2014. Sehingga besar harapan
kami kisah tersebut akan mampu memberikan totonan yang berkualitas dan tentunya
sangat unik bagi pemirsa Metro TV di manapun saja berada. Semoga dapat di
terima oleh dewan juri yang terhormat amin ya rabbal alamin.
Hormat
Kami,
Voril
Marpap dan Hariyadi.