Pengrajin Panamba SALIYA |
Sejak
zaman dahulu hingga saat ini, Kesultanan Buton telah banyak mewariskan
benda-benda budaya dan aneka macam kerajinan tradisional yang sangat
indah dan menawan. Salah satu karya kerajinan tersebut adalah PANAMBA
(tudung saji) yang biasa digunakan oleh masyarakat Buton sebagai penutup
talang haroa. Kerajinan tradisional yang populer dan telah mendunia
ini, diproduksi oleh Saliya warga Kelurahan Melay, Kecamatan Murhum Kota
Baubau.
Catatan : Voril Marpap
Panamba sering digunakan oleh masyrakat Buton sebagai
sajian penutup makanan dalam berbagai gelaran adat dan budaya, seperti
halnya haroa, pekakande kandea, dan pesta adat masyarakat kadie dalam
wilayah Kesultanan Buton. Saat ini pemanfaatan panamba tidak hanya
digunakan pada saat prosesi gelaran budaya saja, melainkan juga tela
digunakan dalam suasana rapat, seminar dan diskusi publik dikantor
kantor maupun di sekolah dan universitas.
"
Panamba yang saya buat, ada 4 ukuran yakni ukuran besar, sedang, kecil
dan yang paling kecil ukuran piring " ujar wanita paruh baya yang
mengaku telah melakoni aktifitas merajut panamba sejak masih remaja.
Adapun bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan panamba adalah daun
kelapa tua dan kulit pisang kering, " Biasanya dalam satu satu minggu
saya dapat memproduksi 3 sampai 5 buah panamba, " ujarnya sambil
menambahkan dari hasil kerajinan itupula, dirinya mampu membiayai
kebutuhan keseharian keluarganya.
Dikatakan
Saliya, saat ini, pamamba hasil kerajinannya, telah menjadi karya
kerajinan tradisional kebanggaan masyarakat Sulawesi Tenggara, karena
telah terkenal diseantero Nusantara dan bahkan dunia. " Alhamdulilah,
panamba hasil karya saya ini, sudah banyak yang memesan, mulai dari
orang-oroang propinsi hingga orang pusat di Jakarta, mereka langsung
datang pesan disini, biasanya mereka itu dari Dekranas artis artis dan
juga para turis yang datang berkunjung disini " tuturnya dengan
senyumannya yang khas.
Kemudian
lanjut Saliya, harga yang ditawarkan pun sangat berfariasi, mulai dari
Rp 100.000 hingga Rp 350.000 ribu rupiah, " Kalau panamba besar,,
harganya Rp 350.000, yang sedang harganya Rp 250.000, yang kecil
harganya Rp 200.000 dan yang ukuran piring harganya Rp 100.000, " ungkap
Saliya sambil menambahkan panamba buatannya dapat bertahan hingga
puluhan tahun sepanjang tempat penyimpanannya aman dari ganguan kutu dan
rayap.
Dirinya
pun menjelaskan, alat dan bahan yang digunakan dalam proses kerajina
terseubut adalah daung kelapa kering, kulit batang pisang yang
dikeringkan, kaid beludru, manik-manik, jarum, gunting, pisau, plastik
bening, parang dan benang jahit, " Pertama itu kita rangkai dulu
bentuknya kemudian, sudah terbentuk lalu ditutup pake kain beludru warna
merah lalu diberi manik-manik khas Buton, " ujarnya sambil menambahkan
alat dan bahannya sangat mudah diperolah dipasar-pasar tradisional di
Kota Baubau.
Namun
dirinyapun tidak menampik bahwa, hingga saat ini pemesanan produk
kerajinan buatannya sangat rendah, dan han tersebut merupakan kendala
utama dalam memasarkan hasil produksi kerajinan tersebut " masalahnya
ini, pemesanan kurang, kecuali pada saat menjelang hari raya baru ada
ada banyak yang pesan lagi, " Katanya, menurut dia, harus ada perhatian
pemerintah untuk menopang tumbuh dan berkembangan kerajinan tradisional
tersebut, " Kalau ada modal dari pemerintah, itu lebih baik, " katanya
saat ditemui diselasela kegiatannya.
Akirnya
dirinya pun berharap, kepada pemerintah setempat dalam hal ini instansi
terkait, untuk dapat memperhatikan nasip para pengrajin tradisionail
seperti dirinya sebagai para pelaku sekaligus pelestari kerajinan benda
budaya lokal, yang ada di Kota Baubau" Ya... harapan saya semoga
pemerintah dapat memperhatikan nasip para pengrajin panamba seperti saya
ini, minimal bisa diberi modal usaha itu sudah cukup, " tutupnya.
(Voril)