Cerpen Non
Fiksi, Karya : Voril Marpap
(Cerpen ini telah di ikutkan dalam Kompetisi Menulis Tulis Nusantara 2013 dengan tema: “Merayakan Warna-warni Indonesia)
Baleho Festival Kebudayaan Buton yang Terpasang di Jalan Protokol Pasarwajo |
Hari ini
bertepatan dengan, kegiatan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo, Ibukota
Kabupaten Buton. Selama 3 hari kedepan masyarakat Kota Pasarwajo akan di
suguhkan pageralaran warna warni budaya yang ada di jazirah eks Kesultanan
Buton. Mulai dari tradisi adat Phedole-dhole, Pekakande-kandea, Posuo,
Pagelaran Tari Kolosal sampai pameran produk ekonomi kreatif, yang kesemuanya terbingkai
indah dalam Kegiatan Sail Indonesia 2013 di Kota Pasarwajo.
Penyambutan Ibu Mentri Pariwisata & Ekonomi Kreatif |
Jujur, aku
sangat terkagum-kagum dengan pagelaran festival Budaya Buton tersebut. Apalagi di tambah dengan aksi pemecahan Musium
Rekor Indonesia, alhasil, dari kegitan tersebut Pemerintah Kabupaten Buton berhasil
menyabet 7 rekor Muri dan 1 rekor dunia, Yakni
rekor Muri peserta Adat Posuo terbanyak, Rekor Muri peserta Adat
Pekakande-kandea terbanyak, Rekor Muri peserta Adat Phedole-dhole terbanyak, Rekor
Muri Peserta Tari Lawati terbanyak, Rekor Muri Peserta Tari Cungka terbanyak, Rekor
Muri peserta Tari Ngibi terbanyak, Rekor Muri pesertatari kambero terbanyak dan
Word Record peserta Tari Kolosal Wandiu-ndiu dengan peserta sebanyak 12.500
Penari.
Sungguh
kekaguman itu, menjadi warna warni budaya nasional yang patut di rayakan
sebagai potensi budaya sekaligus menjadi kebanggaan warga nusantara tercinta.
Tidak pula ketinggalan, aku yang sangat antusias menjadikan semuanya, yang terlihat
pada saat itu, terpampang nyata di harapanku, karena semua itu mampu membuka
hati dan pikiranku betapa Budaya Buton sangatlah beraneka ragam dan tidak kalah
dengan budaya menariknya dengan budaya daerah lain di negri ini.
Penerimaan Record MURI |
***
Oh ia, Sebelumnya
perkenalkan namaku Voril Marpap, aku sangat mencintai Budaya Buton karena aku
hidup, dan besar di tanah Buton. Namun akibat arus globalisasi aku menjadi
seorang yang sangat awam dengan budayaku sendiri. Beruntung, ada kegiatan
Festival Kebudayaan Buton dalam rangkaian Sail Indonesia 2013 mampu membuat ku
terperagah, betapa Budaya Buton sungguh begitu sangat berarti dan sangat indah
untuk di lupakan.
Aku tinggal di
Kota Baubau, jarak dari Kota Baubau ke Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton, kurang
lebih 54 KM. yang di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat ataupun
kendaraan roda dua. Syukur alhmamdulilah Pulau Buton adalah pulau dengan
penghasil tambang aspal terbesar di
dunia, maka, dapat di bayangkan betapa mulusnya jalan raya di Pulau Buton.
Ya.. bukannya menyombongkan diri, tapi
sebagai putra asli Pulau Buton, saya sangat bangga dengan daerahku ini. Pasalnya
disinilah tanah tumpah darahku, tanah air tercinta di pulau Buton. Walaupun
demikian, rasa cintaku pada Pulau Buton, tergambar pada baground leptop dan
handphone ku yang bergambarkan peta Pulau Buton. Mungkin bagi sebagian orang
itu adalah lelucon murahan, tapi bagiku hal tersebut adalah keunikan tersendiri,
karena jarang kita jumpai orang yang menggunakan peta daerah asalnya nya
sebagai layar baground hanphone atau leptopnya kemungkinan hanya aku sendiri
hehehehe.(keep smile ).
Penganugerahan Gelar Kebangsawanan Wa Ode |
Okey.. izinkan
aku memulai cerita tententang pengalamanku mengikuti kegiatan Sail Indonesia
Komodo 2013, dan Festifal Kebudayaan Buton di Kota Pasarwajo.
Hari pertama,
Pembukaan kegiatan Sail Indonesia Komodo 2013, di pusatkan di lapangan
Banabungi Kota Pasarwajo. Saat itu Kegiatan tersebut di buka langsung oleh Ibu
Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wa Ode Mary Elka Pangestu. Nah ada yang
berbeda khan…. dengan penyebutan nama ibu mentri..? itu bukan secara kebetulan kawan,
melaikan pada kegiatan tersebut pula, Ibu mentri di berikan gelar kebangsawanan
Wa Ode Oleh segenap masyarakat Buton yang di saksikan oleh Gubernur dan
beberapa Kepala Daerah di Jazirah Sulawesi Tenggara.
Olehnya itu, secara
otomatis, Ibu Mentri Pariwisata dan Ekomoni Kreatif, sudah menjadi bagian dari
masyarakat Buton dengan gelar kebangsawanan Buton yang di sematkan kepadanya.
Saya secara pribadi merasa sangat senang bercampur haru karena Ibu Mentri dapat
menyempatkan diri untuk hadir bersama masyarakat Buton dalam Pagelaran seni
budaya Buton melalui Kegiatan Sail
Indonesia Komodo 2013 di Kota Pasarwajo.
Perangkat Daerah yang Berpakaian Adat |
Maka dari itu,
pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang dalam-dalamnya
kepada Ibu Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wa Ode Mari Elka Pangestu atas
kesediaannya berkunjung ke Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton, semoga Ibu Mentri
dan keluarga slalu di beri kesehatan oleh Allah SWT Amin ya Rabbal Alamin.
Lagi-lagi
kegiatan pembukaan tersebut, mampu membuka mataku betapa sungguh kekayaan
tradisi budaya masyarakat buton masa lalu sangatlah berkharisma, hal tersebut
tergambar pada pakayan adat Buton yang di kenakan oleh Ibu Mentri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif, yang terlihat sungguh cantik dan anggun menggunakan
pakaian Kombo. Secara pribadi saat itu saya menjadi salah satau pengagum ibu
mentri yang anggun dan tidak mau ketinggalan moment sedikitpun.
Bukan maksud
untuk membesar-besarkan hal tersebut, tapi bagiku ini adalah fakta, yang harus aku ceritakan pada kesempatan ini.
Karena menurutku, hal tersebut sangat menarik untuk di di ceritakan sehingga
mampu menjadi daya kekuatan yang maha dhasyat pada perkembangan pariwitasa yang
ada di Pulau Buton. Olehnya itu, saya
tidak mau kehilangan moment tersebut hingga akhirnya tulisan ini dapat di
nikmati oleh pembaca sekalian.
***
Salah Satu Peserta Pekakande-Kandea |
Tepat, di depan
panggung utama pembukaan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo, dan di saksikan oleh jutaan pasang mata
masyarakat Pasarwajol Gubernur Sulawesi Tenggara dan Bupati Buton serta
beberapa kepala daerah di jazirah Sulawesi tenggarapun, menjadi saksi betapa
pagelaran Budaya Buton mampu menghipnotis seluruh orang yang hadir pada saat
itu.
Seluruh perangkat pemerintah Daerah
Kabupaten Buton, menggunakan pakaian khas Kesultanan Buton menambah
Khasrismatik pagelaran Festival Budaya Buton di Pasarwajo. Apalagi peserta Sail
Indonesia Komodo 2013 yang terdiri dari 12 negara kesemuanya menjadi padu
dengan kekentalan adat dan budaya masyarakat Buton seutunya. Sungguh bagiku ini
adalah pertunjukan budaya yang sangat baik dalam merayakan warna warni budaya
nusantara
Di pelataran
Lapangan Banabungi, sudah siap beberap stand pameran Ekonomi Kreatif dan ibu
ibu Pengrajin sebagai pelaku utama Ekonomi
Kreatif di Pulau Buton di
antaranya, ibu-ibu Penenun Kain Buton,
Aneka Pengrajin Kerajinan tangan khas Buton dan sejenisnya, mampu menjadi
tontonan yang menarik untuk di saksikan. Sungguh kawan, pagelaran Budaya Buton pada
saat itu, menjadi kesan tersendiri bagi saya secara pribadi.
Belum lagi
pertunjukan, budaya Pekakande-kandea dengan menghadirkan 1.000 talang saji yang
berisi aneka kuliner khas Pulau Buton, mulai dari Lapa-Lapa, Ikane Kantunu,
yang tersaji komplit didalam Nasu Wolio. Ini merupakan gambaran kekayaan budaya
Buton masa lalu sebagai jati diri masyarakat Buton. Dan hingga saat ini
masyarakat Buton masih melestarikan adat dan budaya itu sebagai satu kesatuan
yang utuh.
Disamping itu
pula, ada lagi pertunjukan budaya yang di laksanakan saat itu adalah
Phedole-Dhole dimana melibatkan 1.000 peserta anak balita yang siap di
Pedhole-dhole. Dimana kegiatan tersebut merupakan kesyukuran kepada Allah SWT
atas anugerahNya yang di simulasikan dalam bentuk adat budaya Pedhole-Dhole.
Alangkah kagummnya diri ini menbayangkan kenyataan bahwa Pulau Buton adalah
salah satu daerah yang memiliki kekayaan Adat Istiadan dan Budaya yang beraneka
ragam.
Akan aku
ceritakan mulai dari Aneka Kreajinan
Ekonomi Kreatif di Pulau Buton, Pertunjukan
Kuliner Khas Buton Pekakande-kandea dan Budaya Pedhole-dhole.
antusias masyarakat pasarwajo mengikuti kegiatan Festival Kebudayaan Buton |
Aneka Kerajinan Ekonomi
Kreatif
Pulau Buton,
kita ketahui bersama adalah salah satu daerah yang memiliki kekayaan alam yang
berlimpah. Dimana sumber utama untuk meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat
buton tersedia di daerah ini mulai dari bambu, rotan, aneka dedaunan khas Buton
dan lain sebagainya. Kemudian tidak pula ketingalan kain tenunnan Khas Buton
dengan corak yang unik mampu menjadi tolak ukur betapa perkembangan industry
ekonomi kreatif di Pulau Buton sangatlah tinggi hal ini di tandai dengan anekan
macam kerajinan berbahan dasar bambu dan rotan dapat kita lihat pada pertujukan
budaya ini.
Seperti
misalnya, kepandaian segelintir ibu-ibu yang ada di Pulau Buton, membuat karya
kerajinan tikar Kiwalu Wabula. Dengan
membuat kerajinan Kiwalu Wabula, masyarakat Buton mampu memproduksi kerajinan
yang dapat menjangkau semua kalangan mulai dari kalangan atas hingga ke bawah
karena semua kalangan tersebut, membutuhkan tikar sebagai alternative alas
tidur selain kasur dan springbad, ini merupakan peningkatan ekonomi secara kreatif
yang telah di praktekkan oleh masyarakat buton sejak zaman dahulu.
Di tambah lagi
dengan, aneka anyaman keranjang khas Pulau Buton, yang dapat di jadikan sebagai
alat perkakas sehari-hari di dalam rumah tangga mulai dari, Penutup Ayam Jago
tebuat dari Rotan, Tudung Saji terbuat dari Bambu, Kombo/Kerangjang petani yang
sering di gunakan oleh masyarakat Pulau Buton untuk mengangkat hasil-hasil
pertanian dan talang yang semua bahannya
mudah di temukan di Pulau Buton.
Penonton Pagelaran tari Kolosal |
Sungguh beraneka
ragam bentuknya kawan, tentunya karya-karya tersebut dapat membangkitkan
ekonomi kreatif masyarakat Pulau Buton. Jadi bukan hal yang berlebihan apabila
Pulau Buton di katakan sebagai salah satu Pulau yang memiliki Kerajinan tangan
yang luar biasa sejak zaman dahulu, ingga masa sekarang masih terjaga
kelestariannya. Alhamdulialh Pemerintah Kabupaten Buton saat ini menitik
beratkan perhatiaannya pada pelestarian budaya tersebut, jadi smua itu berjalan
dengan baik dan sesuai harapan.
Tidak dapat di
pungkiri kawan, pertunjukan tersebut menadi satu kesatuan utuh yang
tergambarkan pada kegiatan Sail Indonesia Komodo 2013 di Kota Pasarwajo, betapa
tidak, dengan kesungguhkan niat dan tekad yang kuat Pemerintah Kabupaten Buton,
mampu mewujudkan kegiatan berskala internasional itu dengan harapan agar karya
kerajinan serta adat istiada dan Budaya Buton secara universal tetap terjaga,
sungguh ini merupakan kebanggaan tersediri bagi masyarakat Buton.
Pertunjukan Kuliner Khas Buton Melalui Budaya
Pekakande-Kandea
Kurang nikmat
rasanya, jika kita membahas adat dan budaya suatu daerah jika tidak membahas
kuliner khas Pulau Buton, olehnya itu izinkan aku bercerita kawan betapa
sungguh keunikan kuliner khas Pulau Buton mampu membuat pembaca sekalian
menjadi penasaran akan kelezatan kuliner khas Pulau Buton yang pastinya
merupkan kekayaan warna warni budaya nusantara di negri Indonesia tercinta.
Penenun Kain Khas Buton |
Untuk itu saya
akan mulai dari Lapa-Lapa, kuliner yang satu ini terkenal karena kelezatannya
dengan nasi hitam ketan sebagai bahan dasarnya. Dimana, pertama-tama nasi ketan
hitam di masak lalu di
kukus dengan mengunakan santan kemudian di bumbui dengan rempah-rempah khas
Buton lalu di bungkus panjang-panjang oleh daun pisang lalu di bungkus lagi
dengan pucuk kelapa. Bagiku hal tersebut aku anggap sebagai tampilan yang
menarik kawan, karena bentuknya yang panjang dan rasanya yang nikmat, sekali di
makan rasanya mau nambah lagi, itulah gambaran kuliner Lapa-Lapa.
Tidak pula
Ketinggalan Ikane Kantunu (Ikan Bakar) dan Ikane Parende, karena Pulau Buton
sebagian wilayahnya dalah laut, maka daerah ini boleh di bilang penghasil ikan
yang sangat besar karena mayoritas masyarakatnya adalah nelayan jadi dapat di
bayangkan betapa kekayaan alam laut yang dimiliki Pulau Buton sangatlah
berlimpah. Oleh sebab itu salah salah satu olahan favorit masyarakat Buton
adalah Ikane Kantunu serta Ikane Parende, yang kesemuanya mampu merwarnai
kenikmatan kuliner di Pulau Buton. Kuliner ini tentunya selalu di sajikan
dengan sambal tombat yang mampu menggugah selera sungguh nikmat sekali.
Disamping itu
pula olahan sayur mayur yang sangat khas karena menggunakan rempah-rempah khas
buton, seperti sayur konduru, kapaeya, tiwadha, dan masih banyak lagi. Semua
mampu menggugah selera bagi para peserta adat Pekakande-kandea dalam rangkaian
Festival Kebudayaan Buton dan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo Ibu Kota
Kabupaten Buton. Tidak berhenti sampai di situ saja suguhahan lalapan ayam
kampung dan aneka kuliner lainya tersaji di dalam talang saji peserta
Pekakande-Kandea.
sang Pengangkat talang |
Kemudian tidak
sampai di situ saja, masih ada banyak
kuliner menarik yang berjejer rapi di atas talang saji peserta
Pekakande-Kandea. Di antara jejeran kuliner tersebut adalah aneka macam sajian
kue khas Pulau Buton yakni, Kue Waje, Onde-Onde, Bholu, Bharuasa, Sanggara,
Sanggara ngkaowi-owi, Cucuru, Dhodholo,
dan masih banyak lagi. Yang jelasnya kawan setiap satu talang saji
peserta Pekakande-Kandea berisi aneka macam kuliner khas buton komplit di dalam
sajian talang tersebut.
Yang unik dari
Adat Pekakande-kandea ini adalah, setiap satu talang saji di tunggui oleh
seorang wanita asli buton yang akan menyupi peserta pekakande-kandea, sungguh
ini adalah pertunjukan budaya yang luar biasa dengann mengedepankan kearifan
masyarakat lokal Buton yakni Pomaamasiaka (saling mengasihi), Poangkaangkataka
(saling menghargai) Pomaemaeaka (saling menjaga), Popiapiara (saling
memelihara) itulah falsafah bermasyarakat yang di anut oleh masyarakat buton
sejal zaman dahulu kala.
Pertunjukan Budaya Pedhole-dhole
Pagelaran Budaya yang satu ini boleh di bilang merupakan budaya yang sangat unik, karena setiap anak yang lahir di Rahim wanita Buton, rangkaian adat budaya Phedole-dhole merupakan hal yang wajib bagi masyarakat Buton yang mampu menggelar adat tersebut. Karena adat budaya Pedhole-Dhole tersebut hakikatnya bentuk kesyukuran kepada Allah SWT atas nikmatNya yang telah memberikan karuniyahNya berupa keturunan yang baik sehingga selalu di doakan agar senantiasa sehat wal afiat dan bermanfaat bagi manusia lainya.
Awak Media yang meliput kegiatan sail Indonesia 2013 |
Prosesi adat ini
dapat di katakan sebagai suatu sistim imunisasi alamiah, karena pada dasarnya budaya
Phedole-dole mengikutkan anak-anak kategori balita yang ikut akan di gulingkan
dan langsung di urut oleh Bhisa (Mancuanana kampo). Di masa sekarang ini budaya
Phedole-dole telah berkembang menjadi ajang silaturahmi antar sesama keluarga
besar di kalangan masyarakat buton, sehingga adat istiadat Pedhole-dole menjadi sesuatu yang
sangat penting bagi masyarakat buton secara umum. Oleh sebab itu, pertunjukan
tradisi budaya Pedhole-dole bertrasformasi menjadi bentuk kesyukuran yang di
lakukan oleh masyarakat buton demi mengharap ridho Allah SWT sebagai pencipta
alam semesta dan seluruh jagad raya ini.
Adapun yang
mengikuti prosesi adat Phedole-dhole tersebut adalah anak-anak kategori balita
yang mana anak balita yang akan di dhole-dhole itu berarti akan di gulingkan di
atas daun pisang bersamaan dengan minyak kelapa yang sekaligus akan di urut
oleh orangtua kampung (mancuana bhisa) agar supaya anak tersebut menjadi sehat
dan kuat.
Itulah sebagian
gambaran dari prosesi adat budaya Pedhole-dhole masyarakat Buton yang telah di
lakukan secara turun temurun sejak zaman Kesultanan Buton sejak abad ke 14.
Humm…. Tak
terasa senjapun telah tiba, saat- saat menghabiskan waktu di Lapangan Banabungi
dalam rangkaian acara hari pertama kegiatan Festival Budaya Buton dan Sail
Indonesia Komodo 2013 sangat berkesan. Yang pastinya akan di lanjutkan kembali
pada keesokan harinya.
Taukah kau kawan
hingga saat itupun, kekagumannku akan slalu terngiaang di kepalaku hingga
akhirnya ku pejamkan mataku yang telah lelah karena seharian telah berada di
lokasi kegiatan Festival Budaya Buton dan Sail Indonesia Komodo 2013 di
Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton. Hingga akhirnya di pembaringan Hotel
Yustisari Pasarwajo aku akhiri semuanya. Sungguh pengalaman yang sangat luar
biasa kawan.
***
Matahari pun
telah mulai menampakan dirinya, rasa lelah yang menyelimutikku semalam telah
pun menghilang. Di hari kedua ini, sesuai dengan jadwal yang telah aku
doawnload di web resminya Pembkab Buton terlihat akan di adakan seminar
kebudayaan Buton dan Pertunjukan adat budaya Posuo. Akupun tidak ingin ketinggalan
kedua momen penting ini karena semuanya adalah rangkaian kegiatan yang akan
menambah kadar kekaguman di dalam dirikku akan Adat dan Budaya Buton yang
universal.
Niat hati ingin
mengikuti seminar Budaya Buton, namun apa daya saat itu bertepatan dengan isi SMS
yang mengatakan bahwa salah satu kenemakanku yang paling kecil tiba-tiba di
antar ke rumah sakit karena meminum minyak tanah. Mendegar berita itu, Aku langsung
bergegas kembali ke Kota Baubau untuk menjenguk ponakannku yang entah keapa tiba-tiba
di larikan ke RSUD Palagimata Kota Baubau.
Sudah aku
pastikan kawan, kegiatan di hari kedua Festival Kebudayaan Buton, dan Sail
kIndonesia Komodo 2013, sangat memberatkatkan hatiku karena aku sadar aku tidak
dapat dimengikuti kegitan
di hari ke dua Walaupun berat rasanya tetap aku jalani. Karena hidup itu adalah
pilihan tanpa banyak mikir aku putuskah bahwa aku harus kembali ke Kota Baubau
serakang juga.
Azriel yang terbaring lemah di RSUD Palagimata |
Jam di tanganku telah
menunjukan tepat pukul 09.00 pagi, saatnya aku mulai perjalanan menuju ke Kota
Baubau untuk segera menjenguk ponakanku itu, ku rapikan barang baanku dan aku
langsung menyusuri jalan poros Pasarwajo Baubau dengan berhati-hati untuk
segera menuju ke Kota Baubau. Perjalanan yang sangat berliku kembali harus aku
lalui demi melihat kondisi ponakanku itu karena, ponakanku itu adalah anak yang
sangat membuatku ceria.
Inilah kisahku kawan,
yang namanya musibah siapun tidak akan mau mengalaminya tetapi lagi-lagi ini
adalah takdir dimana manusia selalu di beri pilihan dan harus memilih walaupun
semua adalah bagian dari pada kisah ini. Oleh nya itu kisah ini merupkan
gambaran betapa apapun yang akan kita hadapi kedepan, kita tidak mengetahui
karena manusia hanya merencanakan tapi Allah lah yang akan menujukan apa yang
terbaik dari kisah hidup kita.
Sejak aku
putuskan untuk menjenguk ponakanku di RSUD Palagimata, aku langsung meluncur
kesana. Rencanaku ingin mengikuti seminar Kebudayaan Buton dan Tradisi Posuo
aku batalkan karena harus mengunjungi ponakanku yang sedang terbarik di RSUD
Palagimata Kota Baubau. Tak terasa 2 jam telah berlalu dengan tenaga yang masih
tersis akupun tiba di Rumah Sakit Daerah Palagimata Kota Baubau, saat itu, aku
melihat seluruh keluarga yang ada disitu sudah mengeluarkan air mata. Akupun
langsung bertanya kepada kakaku
“Kak bagaimana kondisi Azril,,,, apa
belum sadar…..?” tanyaku
“ Blum tau Ril.. dokternya juga lagi
berusaha untuk menyembuhkannya…” kata Arianto kakakku yang juga ayah dari
Azriel ponakanku yang lucu itu.
Spontan minyak
tanah yang di minum oleh ponakannku itu, hampir merenggut nyawanya. Kejadiannya
saat cepat skali, tanpa di sadari di tengah beraktifitas azril tiba-tiba
terlihat lemah dengan nafas yang terputuh putus akibat meminum minyak tanah. aku
pun juga saat itu tidak percaya bahwa ponakannku itu akan di larikan ke rumah
sakit. Namun setelah aku berada di RSUD Palagimata barulah aku sadar bahwa smua
keluargaku panic karena musibah itu.
Aku keruangan
perawatan Azrial dan disana ponakaku terbaring lemah tak perdaya terlihat di
hidungnnya terpasang selang oksigen sebagai alat bantu pernafasan, aku juga
melihat dokter yang sedang memeriksa kondisi Azriel. selang beberapa lama
dokter pun berkata kepada kakaku.
“kita tunggu 1 jam kedepan kalau
tidak siuman, pasien langsung di antar ke ruangan ICU “ katan dokter
“ ia dok.. trimakasih banyak, saya mengharap
bantuan dari dokter atas keselamatan anak saya, nyawa anak saya ada di tangan
dokter,” ujar Arianto ayah pasien.
Lalu dokter
meninggalkan kami untuk merawat pasien yang lain.
Azriel bersama ayahanda tercinta |
Tak sadar air matakupun mengalir,
melihat kondisi ponakanku yang masih kecil itu, di rawat di rumah sakit, sungguh
aku tidak tega melihat penderitan yang di alami Azriel. Dengan nafas yang
terputus-putus dan kulinya yang pucat mampu membuatku sedih yang sangat
mendalam. Yang aku sesali adalah kenapa semua ini terjadi, saat aku ini
menikmati ragam budaya melalui Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia
Komodo 2013. Di lain pihat aku sangat menyangi ponakanku itu, etah kanapa aku
slalu teringat canda tawanya yang begitu
ceria.
Suasana harupun
mengalir pada perasaan keluargaku, sungguh kejadian itu mampu membuat kami,
hampir kehilangan Azriel ponakanku yang lucu, lincah dan sedang
pandai-pandainya berbicara dan berjalan. Mau tidak mau aku dan keluargaku harus
menunggu satu jam untuk melihat perkembangan Azriel yang tengah terbaring lemah
di pembaringan RSUD Palagimata Kota Baubau. Spontan kami pun semua yang ada
pada saat itu terdiam yang bisa kami lakukan hanya memohon doa kepada Allah SWT
agar Azriel di beri kekuatan dan umur panang untuk dapat melanjutkan hidupnya
di dunia ini.
Itulah kenyataan
yang aku dahapi, menjadi bagian dari kisahku dalam menikmati ragam budaya pada
kegiatan Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo
Ibukota Kabupaten Buton.
Di tengah kami
semua sedang memanjatkan doa, tiba-tiba terdengar Suara Azriel yang sedang di
pangku oleh ibunya,.
“ maaaaamaaa…. Kaaa..kaaaa…” kata
Azril saat pertama kali siuman.
Alhamduliah
kawan, Oksigen yang di pasangkan oleh dokter itu, telah menyelamatkan ponakanku
itu. Sungguh kami sangat terharu dan bersyukur alhamdulialah, Allah telah
menyelamatkan nyawa anak yang tidak berdosa itu, nyawa Azriel ponakanku yang
lucu yang sangat aku sayangi. Stelah Azriel siuman kami pun melapor ke pihak
rumah sakit untuk merat Azriel di rumah sajan.
Spontan aku
langsung mengurus smuanya. Sisa-sisa ongkos perjalananu ke Pasarwajo, semua aku
habiskan untuk pembayaran rumah sakit Azriel. Memang ayah dan ibunya azril
melarangku untuk membayarnya tapi, aku jawab semua itu aku lakukan karena aku
sangat menyanyangi ponakanku itu. Ya …. Semata-mata di dasari rasa sayangku
kepada ponakanku itu.
Tak perlu
berlama-lama, kami pun langsung membawa Azriel pulang ke rumah tepat pukul
14.00 Wita. Sesampainya di rumah, Azriel langsung di rawat oleh kedua orang
tuanya semuanya kini telah kembali normal dan semangatku intuk melanjutkan
perjalanan menikmati khasanah Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia
Komodo 2013 akan aku lanjutkan pada ke esokan harinya.
****
Penari Kollosal |
Keesokan harinya
adalah hari terakhir pelaksanaan kegiatan Festival Kebudayaan Buton, dan Sail
Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo Ibu Kota Kabupaten Buton. Ku lihat kembali
Jadwal kegiatannya, Hmmm.. rupanya persembahan hari terakhir adalah Pagelaran
tari kolosal, Potimbe, Tari Ngibi, Tari Kambero, Dan Tari Lawati serta tari
wandiundiu yang terpusat di kawasan Takawa Kabupaten Buton.
Dengan melihat
kondisi yang ada, sudah memungkinkan bagiku untuk dapat kembali ke Pasarwajo
dalam melanjutkan perjalanan menikmati pagelaran budaya yang sangat jarang
sekali saya jumpai di daerah ini.
Rasa-rasanya
kepercayaan diriku untuk menikmati perjalanan hari ini menjadi bertambah kuat sehingga
aku harus menanamkan kepercayaan diri itu dengan sebaik-baiknya mengingat
pengalaman ini mungkin satu-satunya di dalam hidupku yang menyaksikan persembahan
special Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia Komodo 2013 di Pasarwajo
Ibukota Kabupaten Buton.
Sekali lagi
kulihat kembali Jadwal kegiatan, di dalam jadwal, pagelaran tari di mulai pada
pukul 10.00 wita, itu artinnya aku harus mulai star lagi dari Kota Baubau ke
Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton tepat pukul 08.00 pagi, itulah yang menjadi
tantangan di hari ketiga. Olehnya itu tak perlu aku berlama-lama, aku akan memulai
lagi perjalananku menyusuri jalan poros Baubau Pasarwajo yang berliku itu, sehingga
keinginanku dapat tercapai, ingin menyaksikan pertunjukan Pagelaran Tari
Kolosal di Takawa.
pemecahan rekor dunia penari kolosal terbanyak |
Memang kawan
tidak ada yang akan bisa melarangku
karena ini adlah murni panggilan jiwa sow apapun yang terjadi aku harus ke pasarwajo karena itu adalah
caraku untuk mengenal lebih deka aneka ragam budaya Buton yang tersaji di dalam
Festival Kebudayaan Buton, dan Sail Indonesia Komodo 2013. Ia kawan tidak ada
kata menyerah di dalam hatiku tak peduli rasa lelah yang menyelimuti ku karena
bagiku kenikmatan perayaan warna warni budaya nusantara adalah bagian dari
kisah hidupku.
Singkat cerita,
akhirnya aku pun berada di Takawa Pasarwajo tempat dimana pelaksanaan pagelaran
tari kolosal akan di selenggarakan. Ingin rasanya segera menikmati pertunjukan
spektakuler itu, apalagi di tambah dengan pemecahan record dunia persembahan
tari wandiu ndiu dengan melibatkan 12.500 penari wow it’s amazing. Lebih dekat
dengan kegiatan spektakuler itu, ternyata Pemenrintah Kabupaten Buton melakukan
kerjasama dengan salah satu televisi swasta TV One yang akan bersiran langsung
dari Pulau Buton melalui acara Coffee Break tepat pukul 11.00 WITA.
Sungguh kawan,
berada di takawa dengan menayaksikan pagelaran tari kolosal merupakan bagian
terindah dari kisah ini, karena saya di suguhkan pertunjukan spektakuler oleh
charisma adat dan budaya Buton secarah utuh. Naluriku berkata inilah
persembahan budaya spektakuler sepanjang tahun 2013 yang aku saksikan dari
dekat yang menambah kekagumanku akan Adat dan Budaya Buton. Sekali lagi Inilah
kawan bagian dari kisah itu.
Kegiatan itu di
awali dengan sambutan Gubernu Sulawesi Tenggara yang pada intinya merasa bangga
atas prestasi Pemerintah Daerah Kabupaten Buton yang telah mampu
menyelenggarakan ivent bertaraf internasional ini, sehingga membuat decah kagum
di seantero kota Pasarwajo menggema di dalam masyarakat pada hari itu.
Sungguh sangat
menarik kawan, ketika aku putar kembali memory itu, ranya kenikmatan itu tidak
akan ada habisnya karena pada dasarnya semua sajian budaya tersebut murni dari
dalam hari yang sejak lama teraplikasikan di dalam kehidupan masyarakat Pulau
Buton secara universal. Olehnya itu kawan kebanggaan ku itu, mampu tertuang di
dalam tulisan cerita non fiksi ini sehingga dapat membawa manfaat bagi kita
semua.
***
Wow… luar bisa..
hanya itu yang bisa saya katakan setelah menyaksikan pagelaran tari kolosal
12.500 penari di lapangan Takawa Pasarwajo Ibukota Kabupaten Buton, Semoga anda
terkesan.
TAMAT