Rabu, 29 Juli 2015

MIS Nafi'U Buton, Butuh Sentuhan Pemerintah

[caption caption="Guru dan SISwa MIS Nafi'u BUTon"]
Madrasah Ibtidaiyah Swastra Nafi’u (MIS Nafi’u) terletak didaerah pedalaman Wa Pe’u Desa Lasalimu Kecamatan Lasalimu Selatan Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Kata Nafi’u diambil dari kata Nafa’a artinya memberi manfaat. Dahulu orang orang di Desa Lasalimu menyembut masyarakat di pedalaman Wa Pe’u sebagai orang orang Pe’i artinya tempatnya orang-orang bodoh dan tidak terdidik. Atas kesan itulah mereka ingin merubah imej tersebut dari orang-orang Pe’i menjadi orang-orang Nafa’a, “Sebenarnya asal kata dari Wa Pe’u itu Pe’i artinya bodoh maka setelah kami masuk dan mendirikan madrasah, maka kami tidak ingin menjadi Pe’i lagi melainkan kami harus menjadi orang-orang yang Nafi’un yakni orang-orang yang selalu bermanfaat, “ Ujar Amrunsaat diinterview, sambil menambahkan itulah yang menjadi alasan sehingga madrasah tersebut diberi nama MIS Nafi’u.
Madrasah ini, berada dibawah kendali Yayasan Pendidikan Darunnajwa Wazziadah, yangdibentuk pada tahun 2009 berdasarkan akta otaris Nursamsyi S.H,MKn Nomor 16. Kemudian sesuai dengan surat keputusan kepala Kementrian Agama Kabupaten Buton, tertanggal 3 September 2012 Mis Nafi’u telah resmi beroperasi berdasarkan SK izin operasional no 8 tahun 2012.MIS Nafi’u juga telah memiliki Nomor Statistik Madrasah dan Nomor Pokok Sekolah Nasional yakni 111274040011 dan 60727194. Status Kelompok Kerja Madrasah (KKM) MIS Nafi’u tercatat sebagai anggota dari MIN 1 Buton yang telah memiliki Komite Madrasah sendiri.Yang bertindak sebagai kepala MIS Nafi’u dipimpin oleh seorang wanita yang juga istri sang ketua yayasan bernama Juhartin, S.pd.
[caption caption="Kegiatan Belajar Mengajar"][/caption]
MIS Nafi’u berdiri di sebuah lahan yang juga merupakan hasil hibah dari masyarakat adat setempat dengan ukuran kurang lebih 1 hektar(1.000 m­eter persegi). Saat ini, MIS Nafi’u memiliki 3 buah bangunan yang terdiri dari 1 bangunan permanen (tembok), 1 bangunan papan dan 1 bangunan dari ayaman bambu (jelajah). Bagunan permanen di tempati oleh siswa kelas V dan VI sedangkan bangunan papan ditempati oleh kelas III dan IV lalu kemudian bangunan jelajah ditempati oleh kelas I dan II.Uniknya, hingga saat ini MIS Nafi’u tidak memiliki kantor kepala sekolah mapun dewan guru,“ kami selalu berkantor di bawah pohon, “ ujar Amrun yang ditemui di kediamannya. Keinginannya mendirikan madrasah di daerah pedalaman tersebut, lanjut Amrun bermula saat dirinya bertemu sekumpulan anak-anak kecil yang tidak bersekolah, “ Saya melihat ada banyak anak-anak yang berkeliaran dijalanan, kemudian saya tanya kenapa tidak sekolah, anak akan tersebut tidak ada yang menjawab, “ jelasnya
Melihat anak-anak tersebut tidak menjawab pertanyaanya, akhirnya ia berinisiatif untuk menanyakan kepada sanak keluarganya di rumah. “ ternyata begitu setelah saya cek, satu keluarga tidak ada yang sekolah, ada juga yang sekolah tapi tidak sampai di sekolah “ terangnya. Hal tersebut membuat dirinya terenyuh, oleh karenanya mulai saat itu, Amrun merasa termotivasi dan memiliki rasa penasaran yang besar mengapa sehingga orang-orang di pedalaman Wa Pe’u ini tidak ada yang bersekolah.Setelah dirinya mencari tau terungkaplah sebuah fakta mengejutkan bahwa masyarakat Wa Pe’u sebagian besar tinggal di gunung sambil berkebun. Masalanya adalah temapat tinggal masyarakat Wa Pe’usangat jauh dari akses pendidikan (MIN 1 Buton) kurang lebih8 km. Mengetahui fakta-takta tersebut kemudian ia berinisiatif mengunjungi danbersitaturahim bersama tokoh masyarakat dan tokoh adat setempat untuk mendiskusikan keinginannya mendirikan sebuah madrasah di daerah Wa Pe’u.
[caption caption="Semangat Menempuh Pendidikan"][/caption]
“Saya langsung bermusyawarah dengan masyarakat setempat, bagaimana kalau kita dirikan sebuah madrasah? Alhmadulilah mereka semua sepakat, membangun sebuah madrasah di daerah pedalaman Wa Pe’u ” terangnya. Kemudian dari kesepakatan tersebut munculah sebuah persoalan baru yakni dimana mereka akan melakukan proses belajar mengajar, sementara ruangan kelas dan tempat untuk menuntut ilmu tidak ada, kemudian dengan penuh rasa optimis dirinya berusaha menyakinkan seluruh elemen masyarakat setempatdan berkata, “Dimanapun kita belajar entah itu dibawah pohon ataupun di lapangan, yang penting anak-anak mau utuk belajar itulah yang terpenting, “ Kenangnya.
Saat itu, mereka dibantu oleh masyarakat dan pemerintah desa/kecamatan setempat secara swadaya mendanai sambil mencari kayu dihutan demi mewujudkan pembangunan tahap 1, hingga akhirnya bangunan pertama tempat mereka melangsungkan proses belajar mengajar rampung dengan berdindingkan anyaman bambu (jelajah) dan beratapkan daun nipan. Setelah itu, desakan persoalan baru pun akhirnya muncul lagi, persoalannya adalah dari mana mereka meperoleh tambahan dana untuk melakukan proses pembangunan tahap ke 2, “ Alhamdulilahtiba-tiba kami mendapatkan kunjungan Anggota DPR RI Asal Sulawesi Tenggara Umar Arsal sehingga kami dibantu untuk pembelian kayu dan lain lainya, “ kenangnya.
[caption caption="Siswa (I) Mis Nafi'u BUTon"][/caption]
Kemudian lanjut Amrun kembali menjelaskan “ yang saya salut dari teman-teman dewan guru yang mengajar di situ, mereka semua mau bantu mengajar, Walaupun dengan pendidikan SMA mereka sangat antusias, “ kenangnya. Selang satu tahun berjalan persoalan baru akhirnya muncul, yakni bagaimana caranya untuk menggaji guru yang telah bersusah payah mengajar anak-anak, saat itu sempat muncul inisiafif untuk meminta bantuan orang tua tetapi dengan tegas para guru menolak inisiatif tersebut sambil berkata, “ Pak kalau kita mau meminta orang tua siswa lebih baik kami berenti saja mengajar, “ tegas salah seorang guru pada saat itu.
Mulai saat itu, Amrun semakin semangat dan bertekad untuk mengembangkan Madrasah Ibtidaiyah Nafi’u. Satu hal yang menjadi penguat rasa optimisme disini adaah kalau ketua yayasan tidak memberi honor, maka guru-guru akan menuntutdan berhenti mengajar tetapi disini, situasi tersebut terbalik, walaupun tanpa adanya honor,guru-guru di MIS Nafi’u akan tetap terus mengajar, Alasannya adalah mereka paham betul tentang kondisi masyarakat di pedalaman Wa Pe’u, “ kondisi masyarakatnya, kalaupun mungkin satu hari mereka makan nasi, makan ikan baru kita mau bebani lagi masyarakt dengan biaya pendidikan, guru-guru tidak sanggup menerimannya, “ Kenang amrun sambil menambahkan hanya kesedian dan air mata sebagai penghapus segala derita.
[caption caption="Dari Dinding Sekolah"][/caption]
Tanpa sadar, Amrun dengan menitihkan air matanya, pun mengisahkan perjalanan hidupnya sejak dari tanah kelahirannyadi Lombok Propinsi Nusa Tenggara Barat, hingga ia terdampar di Pulau Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Ia terlahir di Selaweh 38 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 31 Desember 1977.dirinyabukan berasal dari keluarga berada melainkan berasal dari keluarga yang tidak berada “ ketika saya melihat keluarga saya, kami 7 orang bersauara, dari kecil saya sudah ditinggal bapaksaya merantau di Malaysia, yang menghidupi kami sekaluarga adalah hasil dari kerajinan tangan membuat topi petani, “ kenang Amrun sambil menambahkan, hanya satu yang mampu membuat dirinya keluar dari masalah kemiskinan yaitu melalui pendidikan, oleh karenanya ia menegaskan bahwa pendidikan itu sangatlah penting demi masa depan yang lebih baik.
Kemudian Amrun bercerita tentang awal mula dirinya terdampar di Pulau Buton, dirinyamengisahkan sejarah perjuangannya di tanah Buton, “ ketika saya mempuh pendidikan dipondok pesantren nahdatul waton, saat itu saya mengikuti kegiatan safari ramadhan di kendari, hingga akhirya saya mengetahui dari dekat Propinsi Sulawesi Tenggara, “ ujarnya. Akhirya lanjut Amrun, ia melakukan shalat istiqarah memohon petunjuk sekiranya diberikan kemudahan dalam menentukan pilihan hidup nantinya. “ Saat itu, bekal saya hanya 150.000 rupiah, ketika saya beli tiket, uang nya hanya cukup untuk sampai di Kota Baubau, dan akhirnya saya memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan perjuangan di Kota Baubau, “ kenangnya.
[caption caption="Walau rusak tp tetap semangat belajar"][/caption]
Dikota Baubau ia melanjutkan study di Universitas Dayanu Ikhsanuddin jurusan Administrasi Negara dan tinggal dikediamannya Pak Aziz yang juga pengurus masjid raya Kota Baubau. Dirinya mengaku bahwa Pak Azis merupakan salah satu inspirator didalam kehidupannnya, satu hal yang tidak pernah ia lupakan dari pak Azis adalah tekadnya yang kuat pada saat merehabilitasi masjid raya Kota Baubau, “ ketika itu beliau beliau berkata, kalau ada uang kita membangun jangankan kita biar anak sd bisa membangun, yang jadi persoalan sesungguhnya aadalah bagaimana kita membangun sesuatu dari tidak ada menjadi ada itulah prestasi, maka itulah yag menajdi inspiraasi saya dalam mewujudkan pembangunan MIS Nafi’u dari tidak ada menjadi ada dan alhamdulilah Allah SWT memudahkan semuanya, “ katanya.
Saat ini Amrun tinggal bersama istri dan 4 orang anaknya di Desa Lasalimu, Kecamatan Lasalimu Selatan, kabupaten Buton, ia juga tercatat sebagai guru honorer di MTS Lasalimu, alur kehidupan yang dijalani sungguh penuh dengan perjuangan, yakni kewajiban menafkahi keluarga serta tantangan untuk membangun sebuah madrasah di pedalaman Wa Pe’u. Sebagai guru honor penghasilan yang diperoleh Amrun tidaklah seberapa ketika itu, ia harus berhadapan dengan bagaimana sulitnya membagi penghasilan antara memenuhi kebutuhan keluarga dan kebutuhan sekolah, “tetapi alhamdulilah semua dapat dilalui dengan baik berkat rezeki dari Allah SWT, “ ujarnya.
[caption caption="Semangat Anak-anak"][/caption]
Dalam upaya menghadirkan Mis Nafi’u dari tidak ada menjadi ada, bukanlah hal yang mudah. Karena dirinya harus berhadapan dengan cibiran dan hinaan dari masyrakat setempat yang sangat menguras emosi. “ Dulu banyak orang yang mengatakan bahwa madrasah kami ini ilegal, sehingga orang tua salah seorang guru saat itu menangis karena tidak sanggup menahan tekanan dari luar, “ ujarnya sambil menambahkan dengan hinaan dan cibiran tersebut diriya menjadi semakin termotivasasi untuk memperkuat tegagaknya tiang penyangga Mis Nafi’u.
“Seandainya orang itu memberikan saya uang lalu disuruh membuat sekolah, itu merupakan beban moral yang sangat luar biasa karena saya malu kalau apa yang menjadi harapannya itu tidak kesampaian tetapi jika dihina dan tidak diberi apa-apa itulah yang membuat saya semakin meningkatkan kekuatan demi mewujudkan madrasah ini, “ Kenang Amrun yang juga telah mengambil akta IV agar dapat menjadi guru lalu mengajar. Kemudian lanjut ia, mengatakan “ sesungguhnya orang-orang di pedalaman Wa Peu orangnya cerdas-cerdas karena rata-tara yang selalu berprestasi di MIN 1 Buton itu, rata-rata dari sana, “ Ujarnya.
[caption caption="Tetap Semangat BU GUru"][/caption]
Dirinyapun harus merasakan pertentangan batin yang sangat luar biasa, karena semua yang terjadi pada saat itu sangatlah menguras pemikiran dan emosi dihatinya. Hanyalah kesabaran, keikhlasan dan kejujuran lah yang menjadi tameng dalam menghadapi segala macam tantangan, sembari tetap berdoa dan berusaha demi mengharap ridho dari Allah SWT sehingga kiranya, dirinya dapat diberi kemudahan dalam rangka mewujudkan cita-cita mulia bahwa mereka harus mampu keluar dari kemiskinan dan kebodohan agar dapat bermanfaat bagi sesama.
Untuk itu, tak kala dirinya harus membagi penghasilan yang diperoleh, maka dengan tegas dirinya menyampaikan kepada istri dan anak-anaknya bahwa, “ inilah pengabdian, jika diuangkan pengabdian itu sangatlah mahal harganya, kita belum menikmati hasilnya sekarang tetapi suatu saat nanti, saya yakin pasti akan kita petik hasil dari pengabdian itu, dan yang paling penting lagi disini adalah ketika kita berfikir uang, maka yang kita dapat juga adalah uang, sedangkan ketika kita berfikir bagaimana selalu memberikan kebaikan dan manfaat, maka semua apa yang kita inginkan dan butuhkan akan didapat, “ katanya dengan penuh rasa optimis.
[caption caption="Gedung MIs Nafiu Buton"][/caption]
Amrun dengan penuh semangat kembali mengingat cara-cara sederhana yang dilakukan pada saat membagi penghasilan yang diperoleh saat itu, “ Kalau saya berurusan di Baubau, saya tanya kepada istri saya, ada uangmu?, istrisaya menjawab ada 20 ribu!, kemudian saya suruh pergi tukar dulu lalu saya bagi, 10 ribu untuk ongkos bensin saya dan 10 ribu untuk uang ikan dirumah, “ kenangnya setelah itu, sampai di Baubau baru mulai lagi mencari pinjaman kesana kemari. Amrun memiliki prinsip bahwa ketika yang ditabur adalah benih kebaikan maka akan menuai banyak kebaikan pula yang menjadi penopang dari kebaikan itu, adalah kesabaran kejujuran serta keikhlasan dalam berbuat.
Hanya berbekal menanam benih kebaikan Amrun, merasa segala urusannya di permudah oleh Allah SWT mulai dari meperoleh motor hingga rumah keduanya diperolah dari menyicil, “ alhamdulilah rumah ini sudah 3 tahun saya menyicil, “ ungkapnya dengan senyuman. Yang sangat ia syukuri lagi bahwa, selama dirinya berjuang di pulau Buton hingga mendirikan madrasah ini segala macam tanngan dan ujian berlalu dengan tanpa disadari. Karena saat ini ketujuh dewan guru yang sejak awal pendirian madrasah ini tidak diberi honor kini telah diberi honor sejumlah 250.000 perbulan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan 4 orang pengajar mendapatkan kesempatan melanjutkan penidikan strata 1 melalu Universitas Terbuka secara gratis serta siswa yang belajar pun memperolah beasiswa Bantuan Siswa Miskin (BSM). Hal tersebut diakui Amrun sangat berguna bagi rekan rekan guru dan siswa yang megajar dan belajar di MIS Nafi’u.
[caption caption="Dari Dinding Sekolah 2"][/caption]
Adapun, mereka yang mengajar di MIS Nafi’u yakni Juhartin, S.pd lahir di Lasalimu 23 Januari 1987 (Kepala Madrasah), Tahir lahir di masaloka 31 Desember 1979, Rosmini Nuru lahir di lianabanggai 22 Februari 1977, Muhammad Halil lahir di Ambon 12 Oktober 1087, Muhsan lahir di gunung telawek 31 Desember 1989, Isra lahir di kinapani 26 januari 1991 dan yang terakhir adalah Hakiah lahir di Nyerorot pada tanggal 31 desember 1994 yang kesemuanya bertugas sebagai guru kelas sekaligus bertinak sebagai wali kelas . Berdasarkan data kepegawaian yayasan, 4 orang dewan guru diangkat sebagai pegawai tetap yayasan pada tahun 2009 (sejak awal pendirian madrasah) setelah itu kemudian mengangkat lagi 1 orang pada tahun 2012 sementara kepala madrasah telah diangkat sebagai guru non PNS sejak tahun 2006
Para siswa/siswi yang menempuh pendidikan di MIS Nafi’u berdasarkan data Mis Nafiu pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 59 siswa/siswi. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut, untuk siswa kelas I berjumlah 7 orang 3 laiki-laki dan 4 perempuan. Kelas II berjumlah 8 orang terdiri dari 1 laki-laki 7 perempuan. Kelas III berjumlah 11 orang terdiri dari 7 laki-laki 4 perempuan. Kelas IV berjumlah 6 orang terdiri dari 3 laki-laki 4 perempuan. Kelas V berjumlah 9 orang siwa 5 laki-laki 4 perempuan. Dan terakhir kelas VI sekaligus yang akan mengikuti ujian nasional berjumlah 17 orang dengan rincian 10 laki-laki dan 8 perempuan.

Bersama ini saya lampirkan nama sekolah sekaligus no kontak yang dapat dihubungi
Madrasah Ibtidaiya Swasta Nafi'u
Aamat, Pedalaman Wape'u
Desa Lasalimu
Kec. Lasalimu Selatan
LASALIMU PANTAI
no hp. AMRUN, S.SOS NO HP 082339274488 (Pembina Yayasan darud nazwa wajiaadah) MIs Nafiu lasalimu

tks.
slm hormat
Voril Marpap

Senin, 27 Juli 2015

Puisi Untuk Negri

https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRlOy6yCug-zzm-9dixJpQ8UWnSNmDI2GnJYAK8Cpv81YJ9OsNC6Q
Ingin kumerangkul rasa
Karena asa tak jua terasa
Langkah letihpun tak tertahan
Mengenggam jiwa jiwa terkesan

Aku ingin kau hidup, dan menyapa
Terbang jauh melayang diudara
Sang garuda pujaan hati
Menebar senyuman ke penjuru negri

Walau kau terbakar emosi
Tetap terkesan kekuatanmu
Kau hadir dengan gagah disisi
Merangkul mimpi damai negrimu

Aku hanya ingin bilang
Takseharusnya kau goyang
Kritikan hanya sebatas arang
Demi membuat negrimu indah

Tetap lah terbang sang garuda
Gagahkan dirimu dengan senyuman
Demi hajat hidup kami
Engkau rela tertatih dan takan pernah lelah..

BUTON, July 2015 (Voril Marpap)

Jumat, 24 Juli 2015

Keraton BUTON Setelah Lebaran

Sudah menjadi hal yang biasa, ketika menjelang hari lebaran baik Idul Fitri mapun Idul Adha kawasan Keraton Buton selalu di banjiri oleh pengunjung untuk sekedar merasakan sensasi berada di sebuah peradaban besar peninggalan kejayaan Kesultanan BUTON masa lalu. Inilah kawan, sebuah peradaban milik bangsa Indonesia yang patut dibanggakan.
Salah Satu Sudur Benteng Terluas diDunia

Mulai dari Masjid Agung Keraton Buton yang berdiri sejak abad ke XIII hingga Benteng Terluas diDunia di Baubau Buton Sulawesi Tenggara. Bagi warga metro Baubau, mengunjungi kawasan keraton buton adalah hal yang menyenangkan. Jejeran pasar kaget yang menjamur di dalam area masjid Agung Keraton Buton, mampu mewarnai khasanah sensasi berlebaran di kawasan Keraton Kesultanan Buton. Mulai dari pedagang makanan, asksessoris, sarung tenun buton, hingga photografer amatir siap melayani anda yang sedang berkunjung di kasawan ini. Biasanya kawasan Keraton dipadati oleh pengunjung hingga hari ke 7 pasca lebaran.

Inilah yang menjadi masalah kawan, kerumunan warga yang berkunjung di kawasan Keraton Buton menyisahkan sampah yang berserakan disetiap sudut Masjid Agung Keraton. Sejujurnya harus dimulai dari diri kita masing-masing bahwa kesadaran membuang sampah pada tempatnya adalah cara yang paling ampuh untuk menanggulangi masalah ini. Betapa tidak kawan, kebiasaan suka membuang sampat disembarang tempat, dapat merusak keindahan kawasan wisata sejarah Keraton Buton, dibutuhkan kerjasama dan kesadaran dari tiap-tiap pengunjung.

Disamping itu pula bagi pemerintah Kota Baubau, dalam hal ini instansi terkait yakni Dinas Pariwisata dan Dinas Kebersiahan dapat proaktif dan bekerja sama dalam membentuk suasana yang indah didalam kawasan Keraton Buton. Disini saya merasa bukan sok jadi orang yang sadar sendiri, tetapi melainkan tulisan ini merupakan teguran kepada saya pribadi yang sangat prihatin dan tidak mawu melihat kawasan Keraton Buton di penuhi oleh sampah-sampah yang tidak jelas.
Walau demikian adanya, Kawasan Keraton Buton masih merupakan lokasi faforit bagi saya pribadi untuk menghabiskan waktu dengan bersantai diatas benteng sambil melihat keindahan Kota Baubau dari atas bukit keraton. Saya hanya berpesan kepada saya pribadi dan anda sekalian pembaca yang budiman, bahwasanya ketika anda sedang berkunjung disebuah lokasi wisata kesadaran untuk mebuang sampah pada tempatnya harus disimpan didalam hati demi keindahan dan kenyamanan kita dalam berwisata.

Oleh karenaya, baik dikawasan Keraton Buton ataupun di lokasi wisata lain di Indonesia seyogyanya kita selalu bersikap selalu membuang sampah pada tempatnya, karena saya yakin jika lokasi wisata yang kita kunjungi indah dan bersih maka kenyamanan dalam berwisata pun semakin menyenagkan, bahkan mampu mengukir kenangan indah yang tak akan pernah terlupakan. Inilah bagian dari luapan emosi yang saya salurkan melalui media ini semoga bermanfaat bagi diri saya pribadi maupun anda sekalian pembaca yang budiman. (Voril Marpap)

Rabu, 22 Juli 2015

Harapan dibalik Kunjungan Mensos RI

Mensos RI FOTO : Kompas.COM
Sebuah harapan besar terpatri didalam diriku, semoga fakta ini akan menjadi realita masadepan yang berujung pada perbaikan ekonomi masyarakat di daerah pedalaman. Harapan ini langsung kutuangkan kedalam sebuah catatan sederhana, tak kala sang Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa Sebagaimana yang dilansir oleh Kompas.com rabu 22/7, merasa kaget dengan harga semen di Ilaga, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua, yang mencapai 1,7 Juta rupiah per zak.

Ini adalah relita kawan, mahalnya harga barang-barang di daerah pedalam Papua tentu diakibatkan oleh sangat minimnya sarana dan prasarana transportasi yang menunjang saluran distribusi semua jenis barang dagagan, muai dari kebutuhan sembako, bahan bangunan, pupuk dll. Dituliskan bahwa, pada kesempatan tersebut Ibu Mensos sempat menanyakan harga sembako mulai dari 5.000 (mie instan)  rupiah hingga RP 50.000. (minyak goreng 900 ml)  Sungguh sangat mahal sekali. 

Sebagai warga Indonesia yang baik, tidak ada salahnya jika saya secara pribadi mendukung aksi nyata para pemangku jabatan, demi mewujudkan masa depan bangsa ini yang lebih baik dari sebelmnya. Seperti halnya memberikan dukungan positif terhadap Ibu Mensos sang pemikir sekaligus pejuang kesetaraan sosial dinegri ini. Saya sangat berharap fakta-fakta tersebut akan mampu menjadi bahan baku utama dalam rangka mengkaji segala persolan kesenjangan sosial dari sabang sampae meroke.

Saya sempat terpikir, tingginya harga bahan pokok secara otomatis akan menambah kesengsaraan di kalangan masyarakat kecil yang tinggal di pedalaman Papua. Parahnya lagi, hasil panen masyrakat setempat tidaklah sebanding dengan upaya pemenuhan kebutuhan bahan pokok masyarakat ditamba dengan kondisi gagal panen yang diakibatkan oleh  musihbah kekeringan dan hujan salju, spontan membuat hati ini menjerit kesakitan.

Tidak terlalu berlebihan kawan, Papua juga Indnesia bukan cuman Jawa dan Sumatra. Disini saya kembali mengingatkan kepada sekalian para pemengang kendali masa depan rakyat Indnesia, bahwa pembangunan bangsa Indonesia hari ini haruslah dimulai dari Timur. Mengapa demikian ? alasannya sangatlah sederhana bahwa Indonesia Timur sangat membutuhkan hal tersebut. Saya yakin kita semua pun sepakat bahwa pembangunan hari ini harus dimuali dari TIMUR.

Fakta yang ditemukan oleh Ibu Mentri Sosial seyogyanya menjadi tamparan kuat bagi pemerintah pusat untuk segara memulai semuanya dari kawasan TImur Indonesia. "Tingkat kemahalan harga di wilayah setempat harus diikuti dengan regulasi yang tidak bisa disamakan dengan wilayah-wilayah yang relatif terfasilitasi infrastruktur," ujar Mensos via mengutip Kompas.com. Harapan saya semoga masalah klasik ini, akan segera berakhir dan didapatkan solusinya,  serta tidak menjadi bulan-bulanan dan sarana untuk pencitraan belaka.

Akhirnya mencoba mengingatkan kembali bahwa janji Jokowi kepada saudara kita masyarakat Papua bahwa, dirinya kan membangun pabrik di Papua, “Solusinya nanti saya akan bangun pabrik disana, jangan lagi ada barang dari luar,” ungkap Jokowi kepada wartawan Via Wartatimur.com
(Voril Marpap)

Selasa, 21 Juli 2015

Ini Presiden Orang Biasa

Senyuman Sang Presiden
Ketika Presiden Jokowidodo menyempatkan diri untuk sekedar menonoton bioskop, spontan dibenakkupun berpikir ini adalah sosok presiden orang biasa yang sangat luar biasa. Tidak terlalu berlebihan kawan, menurut saya Jokowi juga manusia apa yang dilakukannya itu adalah wujud dari jati dirinya sebagai orang biasa.
Karena menurut saya menonton bioskop adalah kebiasaan orang biasa yang sangat menyenangkan, apalagi ketika didampingo oleh orang-orang yang disayangi sungguh sangat menggembirakan kawan. Tak tanggung-tanggung 30 tiket nonton film comic 8 The Casino King di borong oleh Presiden Jokowidodo.

Zaman dulu, budaya menoton film merupakan hiburan yang menyenangkan, masih ingatkan anda dengan cara klasik menonton film dengan sebuah layar tancap ? ya.. kebiasaan orang-orang dulu itu, sudah tak terlihat lagi pada hari ini. Biasanya Layar tancap itu, digelar disebuah dilapangan dekat kampung untuk mengundang keramaian.

Kebiasaan yang sangat dirindukan kawan, mungkinkah cara cara itu akan kembali eksis di zaman skrang ini..? harapan saya smoga kebiasaan ini akan tetap lestari. Sebagai penikmat film saya sangat terkesan dengan sikap MR. Presiden kali ini.

Sebagaimana yang dilansir oleh Kompas.Com presiden Jokowidodo melakukan aksinya untuk menonton film di sebuah bioskop dikampung halamannya itu, dalam rangkayan kegiatan pribadinya Mudik lebaran pada hari minggu lalu. Jujur kawan, saya sangat terkesan dengan sikap Presiden Jokowidodo Kali ini.

Menurut saya MR Presiden kali ini, mampu memanfaatkan dengan baik kesempatan untuk bersama keluarga dan warga biasa menikmati hiburan dalam rangkaian libur hari raya. Mungkin tulisan ini terlampau memuji tapi saya harus jujur dengan diri saya sendiri bahwa saya sangat terkesan dengan ulah sang Presiden Orang Biasa ini.

Sebuah catatan kecil dari saya pribadi kepada Sang Presiden bahwa, nikmatilah waktu libur anda dengan baik pak presiden. Karena saya yakin dimeja kerjamu masih ada banyak pesoalan bangsa ini yang hendak engkau pikirkan lalu selesaikan.

Saya sangat berharap selesainya engkau menikmati sajian hiburan itu, engkau akan kembali gagah mempimpin negri ini sehingga disegani oleh dunia dan kembali berusaha sekuat tenaga dan pikiran demi mewujudkan Indonesia yang hebat. Ini adala sebuah catatan refleksi dari aksi sang presiden yang mampu menggelitik benakku.

Semoga bangsa Indonesia semakin berdiri tegak dengan kepemimpinan sosok orang biasa yang luar biasa. Slam hormat selalu dari warga Indonesia yang tingal di BUTON Sulawesi Tenggara. (Voril Marpap)

Kamis, 02 Juli 2015

Usaha Kue IKhlas Sedekah

Sedang Melayani Pelanggan

Ramadhan kini kembali hadir menemari hari-hariku. Setelah 14 hari melaksanakan ibadah yang suci ini, rasa rasanya hatiku kembali menemukan sesuatu yang indah bersama keluarga tercita. Artinya bahwa, di bulan yang suci lagi penuh berkah ini, saya kembali belajar tentang hidayah dan nikmat yang sangat luar biasa dari Allah Swt. Mulai dari ramadhan bersama ibunda tercinta, hingga berbuka bersama sama keluarga di warung tempat usaha kami.

Pada moment bulan suci ramadhan kali ini, kami hiasi dengan berjualan aneka macam jajanan kue khas masyrakat Buton. Mulai dari aneka jenis roti, kue roko-roko (nagasari), jalan kote, kue dadar, bubur kacang ijo, esbuah dan masih banyak kue basah lainya. Semua itu tersaji sangat nikmat sambil menunggu berkah berbuka puasa. Dagangan kami sangatlah murah meriah dengan seribu rupiah anda tela mendapatkan kue kue tersebut, harganya berkisar seribu hingga lima ribu rupiah dan kami berinama usaha kue Ikhlas sedekah.

Awalnya memang sungguh sulit, namanya juga pertama jualan kue, ada banyak cobaan yang menimpa mulai dari resiko rugi, hingga dagangan tak laku sama sekali pernah kami alami. Itulah bagian dari perjuangan kawan, namun apapun yang terjadi alhamdulilah hingga saat ini kami masih bertahan untuk berdagang kue sambil menanti berkah di bulan ramadhan. Apapun namanya kawan, ini adalah bagian kecil dari ikhtiar ya.. usaha ini juga adalah iktiar kawan.

Melalui tulisan sederhana ini, saya meminta kepada anda sekalian pembaca yang budiman, bahwa saya hanya mohon di doakan agar usaha dagagan kami yang sederhana dan apa adanya ini, dapat bertahan hingga banyak peminatnya dan laku di pasaran. Sehingga apapun yang di cita-citakan sebelumnya dapat kami wujudkan perlahan demi perlahan, dengan landasan berusaha selalu menjadi bermanfaat bagi sesama manusia.

Akhrinya semoga usaha ini mendapatkan ridho dari Allah SWT, dan memperoleh tempat dihati para pelanggan kue seantero Buton Raya. Apapun yang menjadi tantangan dalam membentuk usaha ini, adalah jawaban dari segala pertanyaan yang ada di benak kami semua. Oleh sebab itu berusaha menampilkan karya yang terbaik adalah kisah utama dari tulisan kali ini. Semoga bermafaat.

Usaha Kue, Ikhlas Sedekah

Wasslam
VORIL MARPAP